Analisis Keruntuhan Kekhalifahan Turki Utsman 

Analisis Keruntuhan Kekhalifahan Turki Utsman 

Smallest Font
Largest Font

PETIRNEWS | JAKARTA - Sejarah Kekhalifahan Turki Utsmani 
Turki Utsmani adalah kerajaan yang berdiri pada tahun 1281 di Asia Kecil. Pendiri daulah ini adalah Utsman bin Erthogol. Ia merupakan bangsa Turki Utsmani berasal dari keluarga Qabay, salah satu kabilah Al-Ghazi Turki yang menetap secara nomaden di Asia Tengah (Turkistan). Silsilah mereka dilihat dari suku kecil, yaitu suku Oghuz. Suku tersebut tinggal di daerah Mongol dan daerah bagian Cina utara. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh. Akibat tekanan dari bangsa Mongol yang sudah mulai menginvasi beberapa daerah Asia Tengah, sehingga bangsa Turki hijrah ke Anatolia atau Asia Kecil untuk meminta perlindungan kepada bangsa Turki yang ada di Anatolia yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan Bani Saljuk yang memegang politik di Dinasti Abbasiyah. Di Asia Kecil, di bawah pimpinan Arthogol, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaiddin II, yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka, Sultan Alaiddin menang dan memberikan mereka sebidang tanah di dekat Bizantium. 
Dinasti Saljuk merupakan orang-rang Turki yang telah berhasil menduduki posisi di pemerintahan di Dinasti Abbasiyah, hal ini dilatar belakangi oleh keterbukaan Abbasiyah sehingga bangsa Turki yang awalnya hanya sebatas tentara bayaran diberikan posisi penting dalam pemerintahan dan berujung pada dominasi atas Abbasiyah dan Abbasiyah hanya sebatas simbol dan yang memegang pemerintahan mutlak dipegang oleh bani Saljuk. 
Pada tahun 699 H/1300 M, bangsa mongol menyerang Daulah Turki Saljuk dan Sultan Alaiddin terbunuh. Maka Utsman bin Ertgul mendeklarasikan berdirinya Kesultanan baru dengan nama Kesultanan Turki Utsmani dan orang-orang Eropa menyebutnya Ottoman Empire. 
Kekhalifahan Islam yang sangat besar, Dinasti Turki Utsmani, memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki memainkan peran besar dalam membangun masyarakat Islam. Berdirinya kesultanan Turki Utsmani memulai kebangkitan Islam setelah pusat keagamaan Islam, Bani Abbasiyah, dihancurkan oleh invasi Mongol dari Asia Tengah dan menjarah kota Bagdad tanpa sisa. Kehadiran Turki Utsmani menjadi kekuatan baru bagi umat Islam dan menjadi musuh baru bagi raja-raja Eropa, terutama raja-raja Eropa Tenggara yang merasa terancam oleh kemenangan Sultan Utsman I atas wilayah Bizantium pada tahun 1288 atau 1289.

Organisasi Konferensi Islam (OKI) merupakan organisasi yang dibuat, disepakati dan disetujui pada tanggal 29 Februari – 4 Maret 1972 dinamai dengan  “Munazhzhohmzh al-mu’tamar al-islamy” atau dalam bahasa Indonesia diberi nama sebagai Organisasi Konferensi Islam ketika para perwakilan negara Islam melakukan konferensi setelah perang dunia kedua, yang mana pada tanggal 21 Agustus 1069 dunia dikejutknan dengan adanya pembakaran Masjidil Aqsha dibawah penduduk Israel dan Mufti Jerussalam mengharapkan diadakannya konferensi tingkat tinggi. Dan dalam sidang Liga Arab diusulkan untuk membuat dan mnyetejui adanya kerja sama sebanyak 24 negara Muslim untuk saling bertukar pandangan, menjalin pengertian, dan bekerja sama yang erat dalam bidang ekonomi, iptek, kebudayaan dan bidang-bidang lainnya. Adapun konferensi dunia Islam (Pra-OKI) diadakan di Kairo pada bulan Mei 1926 untuk membahas berbagai persoalan yang menimpa dunia. 
Sejak berakhirnya Kekhalifahan Utsmani pada tahun 1924, banyak perubahan signifikan telah terjadi dalam sejarah dunia Islam. Setelah jatuhnya Kekhalifahan Utsmani, negara-negara Muslim mengalami proses kolonialisasi dan modernisasi yang berbeda-beda, sementara gerakan nasionalisme dan kebangkitan Islamisme mulai berkembang.
Pada tahun 1969, Organisasi Konferensi Islam (OKI) didirikan sebagai forum bagi negara-negara anggotanya untuk berdiskusi tentang isu-isu politik, ekonomi, dan sosial yang relevan bagi dunia Muslim. OKI bertujuan untuk mempromosikan kerjasama dan solidaritas antara negara-negara Muslim, meskipun dampaknya terhadap politik dan kehidupan Muslim telah diperdebatkan. Selain itu, Organisasi Konferensi Islam (OKI) didirikan dengan tujuan memperkuat solidaritas dan kerjasama antara negara-negara anggotanya. OKI bertujuan untuk mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial, budaya, dan politik di antara negara-negara anggota, serta untuk mengkoordinasikan sikap mereka dalam masalah-masalah yang relevan dengan dunia Islam. Hingga saat ini, OKI terus berperan dalam mengatasi tantangan dan mempromosikan kepentingan bersama negara-negara anggotanya.
Sejak itu, sejumlah peristiwa signifikan telah mempengaruhi dunia Islam, termasuk Revolusi Islam di Iran, Perang Saudara Afghanistan, Perang Teluk, Konflik Israel-Palestina, dan lainnya. Islam juga mengalami perkembangan dalam bentuk gerakan kebangkitan Islamis, baik yang bersifat politis maupun sosial.
Namun, perkembangan Islam tidaklah homogen di seluruh dunia. Berbagai faktor seperti politik, ekonomi, dan budaya lokal mempengaruhi bagaimana Islam dipraktikkan dan dipahami dalam masyarakat yang berbeda.

B.    Sebab-Sebab Keruntuhan Turki Utsmani
Semakin jauhnya pemerintah Utsmani dari syariat Allah menyebabkan keruntuhannya, yang menyebabkan kesengsaraan bagi umat manusia. Di akhir pemerintahan Utsmani, jauhnya para sultan dari syariat Allah berdampak negatif yang signifikan terhadap kehidupan umat Islam. Jadi manusia terjebak dalam kehidupan materi dan berperilaku jahil, yang menyebabkan mereka kesulitan, kebingungan, dan ketakutan yang berlebihan, serta sikap pengecut sehingga mereka menganggap segala sesuatu diarahkan pada mereka.
Allah berfirman:
  [طه: 124]   وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ ضَنْكً   
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Thaha: 124) 

Banyak faktor yang menyebabkan kehancuran Turki Utsmani, di antaranya 
1.    Amat luasnya kekuasaan Turki Utsmani
Karena rumitnya menyusun administrasi negara, sementara dilain pihak pengaturannya tidak ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas hingga administrasi negara Turki Utsmani tidak naik dan rumi, disisi lain banyak penguasa yang sangat berambisi untuk memperluas wilayah, mengadakan peperangan secara terus menerus, yang mengakibatkan tidak adanya waktu dalam mengurus administrasi negara.
2.    Heterogenitas penduduk 
Karena populasi yang beragam dan agama dan adat istiadat yang ada di wilayah Asia, Afrika, dan Eropa, pemerintah menghadapi tantangan yang signifikan jika harus mengelola populasi yang beragam ini. Mereka juga harus membuat pemerintahan yang teratur dan tanpa dukungan administrasi yang baik.
3.    Lemahnya Para Penguasa
Setelah Sulaiman Al-Qanuni meninggal, kepemimpinan suktan yang lemah menyebabkan Turki Utsmani hancur dan kacau. Kekacauan itu dibiarkan berlanjut dan tidak pernah diselesaikan secara menyeluruh, sehingga semakin parah hingga akhirnya menjadi penyakit di Eropa dan tidak ada yang mampu menyembuhkannya. 

Adapun penyimpangan yang juga menjadi sebab runtuhnya kerajaan Turki Utsmani diantaranya, 
a.    Hilangnya (Wala’) dan disloyalitas (Bara’)
Pada awal pemerintahan Turki Utsmani para pemimpin menjalankan syariat Allah yang melarang orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai wali. Namun, karena kebodohan yang menyebar di sebagian besar wilayah pemerintahan Utsmani dan kurangnya ulama Rabbaniyyin yang dapat menerangi umat dan menuntun mereka ke jalan yang lurus dan benar, pemahaman tentang loyalitas dan disloyalitas telah berubah di akhir pemerintahan, terutama pada abad ketiga belas dan keempat belas Hijriyah. 
b.    Penyempitan makna ibadah
Salah satu syarat kemenangan pemerintah Utsmani pada awal berdirinya adalah pemahaman yang lengkap tentang ibadah. Sebagai hasil dari kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala, orang-orang Utsmani dari generasi awal memahami ibadah secara menyeluruh dan mendalam. Dengan kata lain, ibadah harus mencakup semua aspek kehidupan manusia. Meskipun demikian, keyakinan mereka yang memisahkan ibadah dari sistem Islam secara keseluruhan telah secara signifikan melemahkan kesadaran politik, sosial, dan moral umat Islam dan menimbulkan dampak negatif, seperti menganggap ibadah hanya sebagai ritual turun temurun, meremehkan aspek sosial kemasyarakatan, menganggap ibadah hanya sebagai pekerjaan, dan mencukupkan diri dengan formalitasnya.
c.    Tenggelam dalam kesyirikan, bid’ah dan khurofat
Sesungguhnya, syirik, bid'ah, dan khurafat melanda pemerintah Utsmani selama dua abad terakhir. Dalam tauhid Uluhiyyah terjadi kesalahan besar yang dikombinasikan dengan kegelapan dan kebodohan, sehingga menutup hakikat agama. Cahaya tauhid menjadi sirna dan menyimpang. 
d.    Sufi yang menyimpang 
Sesungguhnya, kekacauan terbesar dalam sejarah umat ini adalah munculnya kaum sufi yang menyimpang, yang kemudian berkembang menjadi masyarakat Islam yang menganut pemikiran, akidah, dan ibadah yang sangat berbeda dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Pada akhir masa pemerintahan Utsmani, kekuatan dan pengaruh kalangan sufi yang menyimpang ini sangat kuat.

C.    Dampak Negatif dan Positif Pasca Runtuhnya Kerajaan Turki Utsmani
Adapun dampak negatif dari runtuhnya kekhalifahan turki utsmani ialah sepeninggal Mustafa Attaturk umat Islam menjadi berpemahaman sekuler, hancurnya syiar-syiar Islam, kemerosotan moral merajalela. Umat Islam menjadi terpecah belah menjadi negara yang mempunyai pola pikir berdasarkan konsep nasionalisme dan patriotisme yang berbeda-beda, adanya perubahan undang-undang Islam menjadi undang-undang orang kafir, pengexploitasian kekayaan, bangsa Barat mengubah kurikulum pendidikan untuk melahirkan generasi baru yang mempercayai pandangan Barat. 
Disisi lain ada dampak positif dari runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani diantaranya terbentuknya Organisasi Konferensi Islam, adanya perkembangan Ilmu pengetahuan, mendirikan sekolah modern, integrasi ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. 
D.    Saran dan Rekomendasi 
Sebagai anak muda di zaman sekarang, kita harus bisa kembali mewujudkan peradaban seperti kemajuan dan kejayaan di zaman Peradaban Turki Utsmani. Yang mana setiap urusan politik dan pemerintahan atau segala tindakan harus didasari dengan ketaatan kepada Allah. Karena dengan menjalankan pemerintahan diatas ketauhidan dan diatas syari’at maka kepemimpinan dan segala urusan ummat akan Allah mudahkan dan berkahi negeri tersebut. 


DAFTAR PUSTAKA
Tigor Mulia Siregar, Turki Utsmani Hingga Republik Turki, 2020, Guepedia Publisher
Dr. Muhammad Ash-Shalabi, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur:2003
Prof.Dr. H. Syamruddin Nasution, M. Ag., Sejarah Peradaban Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Depok:2018.

(Shofi Rodhiyatan Mardiyah (KPI 6)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author