Cahaya Islam di Pelosok Desa : Perjuangan Ustdz Marhani Menebar Kebaikan
Cahaya Islam di Pelosok Desa : Perjuangan Ustdz Marhani Menebar Kebaikan
Penulis : Rika Wati
Di desa Ooekam NTT (Nusa Tenggara Timur) bagian TTS (Timur Tengah Selatan). Terukir kisah inspiratif tentang sebuah perjuangan dakwah sang dai muda. Ustdz Marhani Erawan seorang dai muda yang berasal dari Jawilan Serang Banten yang pada saat itu berstatus sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah Mohammad Natsir. Baginya menjadi seorang dai yang mengabdikan dirinya di pendalaman adalah pilihan yang penuh dengan tantangan dan pengalaman yang sangat berkesan. Jauh dari gemerlap kota dan kemudahan hidup. Yang sering kali terjadi pada kondisi yang memerlukan tengguhan fisik dan mental.
Baginya :
"Setiap hari adalah perjuangan untuk menyampaikan agama, memberi keteladanan, dan mengajak mendekatkan masyakarat kepada Allah, meski dalam keterbatasan"
Dengan tekad yang menggembu untuk menyampaikan risalah dakwah, menginjakkan kakinya untuk menyebarkan benih-benih iman. Tentu saja setiap kemenangan tidak akan pernah luput dari sebuah perjuangan, begitupun dengan dakwah, kesedihan, tantangan dan pengorbanan yang harus dihadapi tidaklah mudah.
Dengan segala keterbatasan fasilitas di pendalaman menjadi tantangan tersendiri baginya, tinggal di tempat terpencil, akses transportasi yang sulit, minimnya sarana komunikasi, bahkan listrik yang tidak selalu tersedia. Semua itu menjadi bagian dari kehidupannya di pendalaman Oeekam.
"Namun, seiring dengan berjalannya tantangan tentunya terselip kesan yang sangat membekas pada diri, saya mendapatkan begitu banyak pelajaran berharga yang membuat saya semakin sadar bahwa ternyata masih banyak sodara-sodara kita yang membutuhkan sentuhan dakwah, berpindah agama sudah menjadi hal yang lumrah bagi mereka"
Bagi ustdz Marhani, hidup di pendalaman ini adalah tantangan terberat yang pernah ia hadapi. Melihat ladang-ladang yang gersang dan pepohonan yang kering, Ia tahu bahwa kondisi ekonomi di desa Oeekam menjadi tantangan berat, mereka semakin mudah berpindah agama demi bertahan hidup. keterbatasan akses, minimnya teknologi, dan kondisi alam yang keras seolah menjadi tembok besar di terimanya dakwah.
Ustaz Marhani sadar bahwa Masyarakat di desa tersebut terbiasa hidup dalam kondisi serba kekurangan dan penuh tantangan.
Sebagai seorang dai, Ustaz Marhani tidak memiliki harta yang berlimpah, bahkan berpenampilan sangat sederhana. Ia datang tanpa fasilitas yang memadai; hanya berbekal ilmu, niat ikhlas, dan sedikit bekal untuk bertahan hidup. Ia tidak bisa menjanjikan bantuan materi besar, dan ini menjadi kendala utama baginya
Setiap hari, ia berjalan untuk mengajarkan mereka membaca al-qur'an, dan mengajak mereka memahami makna ibadah, ustdz marhani seperti menjadi cahaya bagi mereka, merasa aman dan terlindungi. Bagi masyarat yang memeluk agama Islam mereka masih kebingungan dalam memaksakan kewajiban karna tidak adanya guru dan pembimbing untuk mereka belajar lebih dalam tentang Islam.
Beliau juga menyelipkan sebuah harapan sejak awal berdakwah di desa itu sangat sederhana namun mendalam: ia ingin melihat masyarakat di sana hidup dengan nilai-nilai Islam yang damai dan penuh kasih sayang.
Beliau juga berpesan " Dakwah tidak cukup dengan pengalaman dan ilmu agama saja yang harus di persiapkan. Namun, ekonomi yang cukup harus memadai sebagai bekal dalam berdakwah"
"keberhasilan dakwah adalah mereka yang bisa menjadi pelita di tengah-tengah kegelapan" (Red)