Dakwah di Tengah Arus Kristenisasi di Kampung Jatinunggal
Dakwah di Tengah Arus Kristenisasi di Kampung Jatinunggal
Penulis: Muptia Resti Febrianti
✏️Lokasi dan Latar Belakang Dakwah
Kampung Jatinunggal, yang terletak di Desa Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi medan dakwah yang unik dan penuh tantangan. Ustadz Ali Sulaiman dan istrinya Ustadzah Yusi Surya Rahayu sebagai da'i dan da'iyah memegang peran penting dalam menjaga dan memperkuat iman masyarakat Muslim yang merupakan minoritas di wilayah ini. Dengan jumlah penduduk Kristen yang dominan di tiga dari empat RT, keberadaan umat Muslim cukup tersudutkan. Di kampung ini hanya terdapat satu masjid kecil, sedangkan ada tiga gereja besar yang aktif beroperasi.
Seiring upaya para da'i dan da'iyah di kampung ini, kegiatan pembinaan agama menyasar berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga para mualaf yang baru memeluk Islam. Kegiatan pembinaan tersebut mencakup pendidikan aqidah, ibadah, akhlak, dan pembelajaran dasar Iqra’ dan Al-Qur’an.
°Tantangan Dakwah di Jatinunggal°
Kehadiran dakwah Islam di Kampung Jatinunggal tidaklah tanpa hambatan. Berbagai tantangan muncul, mulai dari letak lokasi yang berdekatan dengan permukiman Kristen hingga keterbatasan sarana dan pembina. Berikut beberapa tantangan utama yang dihadapi:
1. Penguatan Aqidah di Tengah Minoritas
Kedekatan wilayah ini dengan lingkungan Kristen membuat penguatan aqidah menjadi hal yang sangat krusial. Hal ini bertujuan untuk menjaga keimanan warga Muslim, khususnya anak-anak dan mualaf yang sering menjadi target utama kristenisasi.
2. Keterbatasan Pengetahuan Agama
Masyarakat Jatinunggal umumnya masih awam terhadap agama. Pengetahuan yang minim membuat mereka lebih mudah dipengaruhi oleh7 pihak lain.
3. Adanya Kubu-kubu dalam Masyarakat
Terbentuknya kubu-kubu di masyarakat menimbulkan perpecahan dan sering menimbulkan prasangka terhadap kegiatan dakwah yang dilakukan. Sebagian masyarakat menganggap dakwah berpihak pada kelompok tertentu.
4. Minimnya Pembina dan Guru Mengaji
Di Jatinunggal, hanya ada satu da'i dan da'iyah yang aktif. Kondisi ini menyulitkan pembinaan, terutama untuk para mualaf yang masih membutuhkan bimbingan intensif.
5. Upaya Kristenisasi yang Terselubung
Pihak Kristen kadang-kadang menawarkan les gratis kepada anak-anak Muslim secara sembunyi-sembunyi, lengkap dengan hadiah mingguan untuk menarik minat mereka. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para da'i untuk mempertahankan antusiasme anak-anak dalam mengikuti kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an).
6. Ketergantungan terhadap Bantuan Sembako
Sebagian masyarakat, terutama para mualaf, masih mengandalkan bantuan sembako sebagai motivasi untuk ikut serta dalam kegiatan agama. Hal ini mengakibatkan niat ibadah yang kurang ikhlas dan membutuhkan pendekatan lebih lanjut untuk menumbuhkan kesadaran beragama yang lebih kuat.
7. Masalah Jadwal dan Konsistensi Pembinaan
Keterbatasan waktu dan benturan dengan kegiatan lainnya membuat jadwal pembinaan sering berubah, dan banyak mualaf yang sudah lama memeluk Islam belum lancar membaca Al-Qur'an dan shalat.
°Kisah Inspiratif: Pendirian TPA sebagai Wadah Pembinaan Generasi Muda°
Salah satu langkah dakwah yang cukup signifikan adalah pendirian TPA pertama di Kampung Jatinunggal tiga tahun lalu. Sebelum TPA berdiri, tidak ada fasilitas khusus yang mendukung kegiatan belajar mengaji bagi anak-anak Muslim di kampung ini. Kini, TPA menjadi tempat anak-anak belajar Iqra dan Al-Qur'an dengan antusias, dan mereka sangat menyambut kehadiran para da'i. Anak-anak ini dilihat sebagai generasi penerus dakwah, meskipun tantangan seperti keterbatasan da'i pengganti tetap ada.
Menariknya, setiap Idul Adha tiba, kampung ini mendapat hewan kurban dari Laznas, yang kemudian dibagikan kepada warga, termasuk beberapa warga Kristen, hewan kurban ini sudah ada sejak 3 tahun belakang semenjak kehadiran da'i dan da'iyah di sana. Hal ini menunjukkan nilai toleransi dan kepedulian antaragama yang ditunjukkan oleh umat Islam di kampung ini.
°Pendekatan Dakwah yang Efektif dan Berkelanjutan°
Dakwah yang dilakukan Ustadz Ali dan Ustadzah Yusi berfokus pada pendekatan personal, menjangkau masyarakat secara langsung, baik di masjid maupun melalui pertemuan informal seperti perkumpulan ibu-ibu. Mengingat adanya kubu-kubu di masyarakat, pendekatan personal dianggap lebih efektif untuk merangkul semua pihak tanpa memihak kelompok tertentu.
Selain pendekatan agama, para da'i juga melakukan pemberdayaan sosial dan ekonomi. Mengingat sebagian besar warga bekerja serabutan dan berdagang, da'i berusaha mendekati mereka dengan bantuan sembako dan pendidikan yang mudah dijangkau. Untuk TPA, tidak ada keharusan iuran bulanan, sehingga siapa pun dapat mengaksesnya. Namun, para da'i tetap menekankan pentingnya niat yang ikhlas dalam mengikuti pembinaan agama.
°Arus Kristenisasi dan Upaya Dakwah yang Beriringan°
Dalam proses dakwah, pihak Kristen di wilayah ini sering kali mengadakan kegiatan kristenisasi secara terselubung. Mereka menawarkan les privat seperti les bahasa Inggris, les piano, hingga les gitar, yang menarik minat warga karena selain menambah ilmu, mereka juga menerima bingkisan sebagai apresiasi. Hal ini menjadi tantangan bagi para da'i, yang berusaha keras untuk menguatkan iman warga Muslim dengan pendekatan agama yang lebih mendalam.
Meski banyak tantangan, semangat Ustadz Ali dan Ustadzah Yusi dalam menyebarkan nilai-nilai Islam tetap kokoh. Mereka bertekad untuk terus mendampingi warga Muslim Kampung Jatinunggal dalam memperkuat aqidah dan akhlak. (Red)