Dampak Keruntuhan Kesultanan Utsmaniyah Terhadap Peran Islam Politik Di Indonesia

Dampak Keruntuhan Kesultanan Utsmaniyah Terhadap Peran Islam Politik Di Indonesia

Smallest Font
Largest Font

Oleh : Haerusyifa (Kpi 6)
 
A. Asal Usul Kesultanan Utsmaniyah
1. Sejarah Turki Utsmani 
Kerajaan Turki Usmani berdiri pada tahun 1281 oleh suku oguz. suku oguz ini merupakan sebuah suku yang tinggal di daerah utara negara china tepatnya di daerah mongol. Nama Turki Usmani diambil dari nama kakeknya  suku Oguz, yakni Usman bin Ertugrul bin Sulaimen Syah, salah satu putra keturunan Oghuz Turki dari suku qayigh.
Jauh sebelum berdirinya Daulah  Turki Usmani Sulaimen Syah telah melarikan diri Anatolia dan meninggal dunia ketika di perjalanan sebelum sampai ke tempat yang di tuju. Sepeninggalan Sulaiman Syah kekuasaan digantikan oleh putra pertamanya yang bernama Ertugrul, Ertughrul kemudian melanjutkan perjalanannya ke Anatolia. Sesampainya di sana, ia langsung diteriama oleh penguasa saljuk,  yag bernama Sultan Alaudin yang saat itu dia sedang berada dalam peperangan melawan Bizantium.
Kemudian Ertugrul bersama Sultan Alaudin melakukan kerja sama untuk menyerang kerajaan Bizantium dan kerjasama mereka menghasilkan kemenangan sehingga sultan Alaudin memberikan hadiah kepada Ertugrul berupa wilayah yang berada di perbatasan Bizantium dan juga diberikan wewenang untuk melakukan ekspansi.
Pada saat Ertugrul meninggal dunia kekuasaannya diambil oleh putranya yang bernama Usman, kemudian Usmanlah yang melanjutkan pemerintahan Turki Usmani pada tahun 1281-1324 M. Pada tahun 1300 bangsa Saljuk  mendapat serangan dari suku Mongol yang menyebabkan kematian Sultan Alaudin.
Kematian Sultan Alaudin menjadikan suku Saljuk terbelah menjadi beberapa kerajaan-kerajaan yang kecil. Dan Utsman selaku penguasa  menyatakan  kemerdekaannya secara tegas bahwa wilayah-wilayah yang tersebut adalah miliknya dan Usman memberi tahu bahwa saat itulah Turki Usmani berdiri dan dia sendiri yang menjadi Rajanya.
 
2. Sejarah Organisasi Kerjasama Islam
Setelah runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah kemudian munculah beberapa kebutuhan untuk membentuk sebuah wadah bagi negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Hal ini mengarah pada pembentukan Liga Negara Arab pada tahun 1945, yang kemudian berkembang menjadi Liga Arab. Namun, upaya untuk menciptakan kerja sama yang lebih luas di antara negara-negara Muslim di seluruh dunia terus berkembang.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) kemudian terbentuk pada tanggal 22-25 September tahun 1969 sebagai respons terhadap pembakaran Masjid Al-Aqsa oleh Israel. OKI menjadi forum bagi negara-negara Muslim untuk berkoordinasi dalam berbagai isu politik, ekonomi, dan sosial. Sejak saat itu, OKI telah berkembang menjadi sebuah organisasi yang memainkan peran penting dalam mewakili kepentingan negara-negara Islam di forum internasional.
Nama organisasi tersebut diubah menjadi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri (CFM) ke-38 yang diselenggarakan di Astana pada 28-30 Juni 2011. Kantor  Sekretariat Jenderal didirikan pada Pertemuan Pertama Dewan Menteri Luar Negeri pada bulan Maret 1970, seorang Sekretaris Jenderal diangkat dan diputuskan bahwa Sekretariat akan beroperasi di Jeddah sampai pembebasan Yerusalem.
Sebagai anggota OKI, Indonesia telah aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan organisasi ini dan turut serta dalam upaya memperjuangkan isu-isu yang dianggap penting bagi dunia Islam. Meskipun perjalanan OKI tidak selalu mulus karena perbedaan pendapat di antara anggotanya, namun organisasi ini tetap menjadi salah satu platform utama bagi kerja sama antar negara-negara Muslim hingga saat ini.
*B. Faktor-faktor Keruntuhan Turki Usmani*
Kerajaan Turki Usmani walaupun pernah beberapakali mengalami masa kebangkitan, namun pada akhirnya Kerajaan Turki Usmani mengalami kehancuran  dan kemudian menyebabkan keruntuhan. Dan ada beberapa faktor penyebab keruntuhan  Kerajaan Turki Usman sebagai berikut :
1. Buruknya sistem pemerintahan
2. Keadilan serta korupsi yang merajalela.
3. keanekaragaman  penduduk dan agama yang di turki utsmani
Di dalam sejarah daulah turki utsmani  menyatakan bahwa suatu negara yang dasar berdirinya untuk kepentingan duniawi, bukan untuk kemaslahatan umat, maka tidak akan bisa menyatukan keragaman penduduk dan agama. Kebiasaan para pemimpin yang suka bermegah megahamn dan mengikuti duniawi orang-orang barat akan semakin jauh dari nilai ajaran Islam.

Kehancuran perekonomian negara akan mengakibatkan peperangan yang berlangsung  lama. Adapun faktor eksternal yang menyebabkan mudurnya daulah turki  Usmani yaitu timbulnya gerakan nasionalisme pada beberapa negara yang berada pada kekuasaan Daulah Turki Usmani.
Teknologi yang berkembang pesat di negara eropa,baik itu  dibidang kemiliteran,  sedangkan Turki sendiri pernah mengalami  kesulitan dalam bidang  senjata, sehingga Turki  Utsmani sering  mengalami kekalahkan oleh bangsa Eropa disebabkan oleh faktor tersebut.

C. Dampak Positif dan Negatif Keruntuhan Turki Usmani
Runtuhnya turki utsmani membawa dampak bagi negara-negara islam terutama indonesia. Salah satu dampak yang signifikan bagi dunia islam ialah hilangnya rasa solidaritas dan persatuan ummat islam. Setelah runtuhnya turki utsmani negara-negara yang awalnya berada dalam kekuasaan daulah turki utsmani berubah berada dalam kendali imperialisme barat. Kondisi ini mengubah masyarakat islam di timur tengah dan memicu munculnya gerakan politik islam yang di awali dengan munculnya Ikhwanul Muslim di Mesi
Gerakan politik yang bawa oleh Ikhwanul Muslim membawa pemikiran tentang perjuangan dalm menegakkan syarian islam dan pembebasan diri dari imperialisme menginspirassi gerakan-gerakan islam yang sama di negara timur tengah. Selain kemunculan ikhwanul muslim ada juga hasan al-banna dan sayyid Qutub yang menjadi faktor dinamika islam politik di timur tengah. Keruntuhan Dinasti Utsmani pada awal abad ke-20 ini memiliki dampak yang kompleks, termasuk dampak positif dan negatif. 
a. Dmpak positif keruntuhan Dinasti Utsmani antara lain adalah:
1. Pemunculan negara-negara baru: Setelah keruntuhan Dinasti Utsmani, banyak negara baru di Timur Tengah dan Eropa Tenggara muncul. Hal ini memberikan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk mengatur negara mereka sendiri dan menentukan nasib mereka sendiri.
2. Modernisasi: Keruntuhan Dinasti Utsmani memicu proses modernisasi di wilayah- wilayah yang dulunya dikuasai oleh Utsmaniyah. Negara-negara baru tersebut mulai mengadopsi sistem pemerintahan dan teknologi modern untuk meningkatkan perkembangan ekonomi dan sosial.
b. Dampak Negatif Keruntuhan Dinasti Turki Utsmani antara lain adalah:
1. Konflik dan ketegangan: Proses pembagian wilayah-wilayah yang dulunya dikuasai oleh Utsmaniyah seringkali memicu konflik dan ketegangan antara kelompok etnis dan agama yang berbeda. Hal ini berkontribusi pada timbulnya konflik-konflik bersenjata di wilayah tersebut.
2. Kehilangan warisan budaya: Keruntuhan Dinasti Utsmani juga berarti kehilangan warisan budaya yang kaya. Banyak situs bersejarah dan kebudayaan yang terkait dengan Dinasti Utsmani yang terancam punah atau terlupakan setelah keruntuhan tersebut.
Dengan demikian, keruntuhan Dinasti Utsmani memiliki dampak yang kompleks dan terkadang kontroversial, dengan berbagai konsekuensi positif dan negatif yang terus dirasakan hingga saat ini.

D.1. Dampak Keruntuhan Turki Utsmani Terhadap Peran dan Posisi Islam Politik Di Indonesia
Keruntuhan Kekaisaran Turki Utsmani pada tentu memiliki dampak yang yang luar biasa terhadap peran dan posisi Islam politik di Indonesia. Salah satu dampak utamanya adalah munculnya gerakan nasionalisme di Indonesia yang semakin diperkuat oleh keinginan untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan. Turki Utsmani sering dianggap sebagai simbol kejayaan Islam, dan ketika kekaisaran itu runtuh, hal ini memberikan inspirasi bagi gerakan kemerdekaan di Indonesia untuk membangun identitas nasional yang lebih kuat.
Selain itu, keruntuhan Turki Utsmani juga mempengaruhi perkembangan pemikiran politik Islam di Indonesia. Banyak pemikir Islam Indonesia pada masa itu terinspirasi oleh pemikiran reformis dari Turki Utsmani,seperti pemikiran tentang hubungan antara agama dan negara, serta konsep-konsep keadilan sosial dalam Islam. Meskipun Turki Utsmani telah runtuh, warisan pemikiran politik Islam dari kekaisaran tersebut tetap memengaruhi perkembangan Islam politik di Indonesia. Secara keseluruhan, keruntuhan Turki Utsmani telah memberikan dorongan bagi gerakan nasionalisme dan pemikiran politik Islam di Indonesia, meskipun kekaisaran itu sendiri telah berakhir.

D.2. Hubungan Antara Keruntuhan Turki Utsmani Terhadap Peran dan Posisi Islam Politik Di Indonesia
Keruntuhan Kekaisaran Turki Utsmani memiliki hubungan yang erat dengan peran dan posisi Islam politik di Indonesia. Dampak dari keruntuhan tersebut mempengaruhi pandangan dan gerakan politik Islam di Indonesia pada saat itu. Beberapa aspek hubungan antara keruntuhan Turki Utsmani dan Islam politik di Indonesia meliputi:
Inspirasi dan Identitas Nasionalisme: Keruntuhan Turki Utsmani dianggap sebagai kejatuhan simbol kejayaan Islam. Hal ini memberikan inspirasi bagi gerakan nasionalisme di Indonesia untuk memperkuat identitas nasional mereka, dengan mempertimbangkan nilai-nilai Islam dalam konteks perjuangan kemerdekaan dari penjajahan.
Pemikiran Politik Islam: Pemikiran politik Islam di Indonesia dipengaruhi olehpemikiran reformis dari Turki Utsmani. Para pemikir Islam Indonesia pada masa itu terinspirasi oleh konsep-konsep politik Islam yang diperjuangkan oleh Turki Utsmani, seperti hubungan antara agama dan negara, serta gagasan keadilan sosial dalam Islam.
Perkembangan Gerakan Politik: Keruntuhan Turki Utsmani juga mempengaruhi perkembangan gerakan politik Islam di Indonesia. Pemahaman terhadap peran Islam dalam politik dan masyarakat menjadi semakin relevan dan kompleks setelah kekaisaran tersebut runtuh.
Dengan demikian, hubungan antara keruntuhan Turki Utsmani dan peran serta posisi Islam politik di Indonesia sangat penting dalam memahami dinamika politik dan pemikiran Islam di Indonesia pada masa itu.

D.3. Bagaimana Pengaruh Antara Keruntuhan Turki Utsmani Terhadap Peran dan Posisi Islam Politik Di Indonesia
Keruntuhan Kekaisaran Turki Utsmani memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peran dan posisi Islam politik di Indonesia. Beberapa pengaruh utamanya meliputi:
Penguatan Identitas Keislaman: Keruntuhan Turki Utsmani menyebabkan kekhawatiran akan kelemahan umat Islam secara global. Hal ini memperkuat kesadaran umat Islam Indonesia terhadap pentingnya mempertahankan identitas keislaman dalam berpolitik dan berbangsa.
Pemahaman Politik Islam yang Beragam: Setelah keruntuhan Turki Utsmani, muncul berbagai pemahaman politik Islam yang beragam di Indonesia. Hal ini mencakup pemikiran tentang hubungan antara agama dan negara, konsep keadilan sosial dalam Islam, dan peran umat Islam dalam memperjuangkan hak-haknya.
Perkembangan Gerakan Politik Berbasis Islam: Keruntuhan Turki Utsmani turut mendorong perkembangan gerakan politik berbasis Islam di Indonesia. Berbagai kelompok dan organisasi Islam politik mulai bermunculan, dengan tujuan memperjuangkan kepentingan umat Islam dan memperkuat identitas keagamaan dalam ranah politik.
Dengan demikian, pengaruh keruntuhan Turki Utsmani terhadap peran dan posisi Islam politik di Indonesia dapat dilihat dalam penguatan identitas keislaman, diversifikasi pemahaman politik Islam, serta perkembangan gerakan politik berbasis Islam sebagai bagian penting dari dinamika politik di Indonesia. 

*D.4. Faktor-faktor Yang Dapat Menghambat Peran Islam Politik Di Indonesia* Beberapa faktor yang dapat menghambat peran Islam politik di Indonesia meliputi:
- Situasi Politik yang Kompleks 
Keberagaman politik di Indonesia, termasuk sistem pemerintahan yang demokratis dan pluralistik, dapat menjadi hambatan bagi peran Islam politik yang kohesif dan seragam.
Keterbatasan Ruang Politik
 Adanya batasan-batasan hukum dan regulasi terkait dengan politik agama di Indonesia dapat membatasi peran Islam politik dalam ranah politik formal.
Isu Keamanan
Isu-isu keamanan dan radikalisme dapat menimbulkan ketegangan dan kekhawatiran terhadap peran politik Islam yang ekstrem,sehingga menghambat partisipasi politik umat Islam yang moderat.
Persaingan Politik Persaingan politik yang ketat antara berbagai kepentingan politik dapat membuat sulitnya menggalang dukungan untuk agenda politik Islam yang bersifat inklusif.
Polarisasi Masyarakat: Adanya polarisasi masyarakat antara kelompok-kelompok dengan pandangan politik yang berbeda dapat menghambat kerjasama antar kelompok Islam politik.
Dengan memahami faktor-faktor yang dapat menghambat peran Islam politik di Indonesia, penting untuk mencari solusi yang mempromosikan inklusivitas, dialog, dan kolaborasi antar berbagai kelompok politik untuk mencapai tujuan bersama demi kemajuan dan stabilitas politik Indonesia.

*D.4. Peran Dan Posisi Islam Politik Di Indonesia Dengan menggunakan Salah Satu Teori Dan Pendekatan Politik Reorientasi*
Dalam konteks analisis peran dan posisi Islam politik di Indonesia dengan menggunakan teori pendekatan politik reorientasi, kita dapat melihat bagaimana Islam politik beradaptasi dengan perubahan sosial dan politik dalam masyarakat. Pendekatan politik reorientasi menyoroti pentingnya transformasi dan penyesuaian dalam menjawab tuntutan zaman.
Dalam hal ini, Islam politik di Indonesia dapat dilihat sebagai kekuatan yang terus beradaptasi dengan dinamika politik dan sosial di tanah air. Islam politik tidak hanya terpaku pada agenda-agenda tradisional, tetapi juga mampu berinovasi dan merespons aspirasi masyarakat yang beragam.
Pendekatan politik reorientasi menekankan pentingnya inklusivitas, dialog, dan keterbukaan dalam berpolitik. Dengan pendekatan ini, Islam politik di Indonesia dapat berperan sebagai agen perubahan yang progresif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat modern.
Dengan demikian, melalui teori pendekatan politik reorientasi, kita dapat melihat bagaimana Islam politik di Indonesia dapat mengambil peran yang lebih dinamis dan inklusif dalam menghadapi tantangan zaman.
Di dalam Islam pun, politik mendapat kedudukan dan tempat yang hukumnya bisa menjadi wajib. Para ulama kita terdahulu telah memaparkan nilai dan keutamaan politik. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa Dunia merupakan ladang akhirat. Agama tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan dunia. memperjuangkan nilai kebaikan agama itu takkan efektif kalau tak punya kekuasaan politik. Memperjuangkan agama adalah saudara kembar dari memperjuangkan kekuasaan politik (al-din wa al-sulthan tawamaan). lengkapnya Imam Al- Ghazali mengatakan: “Memperjuangkan kebaikan ajaran agama dan mempunyai kekuasaan politik (penguasa) adalah saudara kembar. Agama adalah dasar perjuangan, sedang penguasa kekuasaan politik adalah pengawal perjuangan. Perjuangan yang tak didasari (prinsip) agama akan runtuh, dan perjuangan agama yang tak dikawal akan sia-sia”.[5] Dari pandangan Al-Ghazali itu bisa disimpulkan bahwa berpolitik itu wajib karena berpolitik merupakan prasyarat dari beragama dengan baik dan nyaman. Begitulah islam memandang pollitik
Karena paraktiknya politik itu banyak diwarnai oleh perilaku jahat, kotor, bohong, dan korup, timbullah kesan umum bahwa politik (pada situasi tertentu) adalah kotor dan harus dihindari. Mujaddid Islam, Muhammad Abduh, pun pernah marah kepada politik dan politisi karena berdasarkan pengalaman dan pengamatannya waktu itu beliau melihat di dalam politik itu banyak yang melanggar akhlak, banyak korupsi, kebohongan, dan kecurangan-kecurangan.
Muhammad Abduh pernah mengungkapkan doa taawwudz dalam kegiatan politik ,”Aku berlindung kepada Allah dari masalah politik, dari orang yang menekuni politik dan terlibat urusan politik serta dari orang yang mengatur politik dan dari orang yang diatur politik”. Tetapi dengan mengacu pada filosofi Imam Al-Ghazali menjadi jelas bahwa berpolitik itu bagian dari kewajiban syari’at karena tugas-tugas syari’at hanya bisa direalisasikan di dalam dan melalui kekuasaan politik atau penguasa (organisasi negara).

*D.5. Trend Kebangkitan Islam Politik Di Indonesia*
Pada saat inilah kebangkitan Islam merupakan tema besar yang sedang ramai digali dan diperbincangkan di kalangan akademisi maupun kaum intelektual. Wacana ini muncul 'setelah Islam mengalami masa kemundurannya akibat kekalahan dari Barat di seluruh bidang terutama pada bidang politik. Namun seiring kegairahan dan timbuInya kembali kesadaran umat Islam akan nilai-nilai serta ajaran al-Qur'an dan hadis, saat ini kebangkitan Islam ditandai oleh berbagai gejala seperti munculnya gerakan keagamaan yang mempunyai watak etatis serta tuntutan penerapan syari'ah dan yang paling menonjol adalah kembalinya kekuatan politik muslim dikancah kehidupan politik khususnya di negara yang mayoritas berpenduduk muslim. 
Dengan kata lain, kebangkitan Islam pada era ini lebih dimaknai dan dipandang sebagai momen kembalinya ideologi Islam dalam kehidupan politik. Salah satu tokoh yang sangat intens dalam bidang politik dan ide-idenya banyak digali dan dikaji adalah sosok Abul A'la al-Maududi. Salah satu pemyataan al-Maududi untuk menegakkan kembali kejayaan Islam adalah dengan pembaharuan khususnya di bidang politik yang kemudian umat Islam mampu memegang kendali di bidang ini.
Sedangkan dalam pemikiran politik al-Maududi, ditemukan beberapa konsep antara lain: theodemokrasi yang menyatakan bahwa jaminan mutlak ada di tangan Allah. Landasan konstitusi yang hams didasarkan pada al-Qur'an, al Sunnah, konvensi Khulafaur Rasyidin dan ketentuan para ahli hukum (fuqaha), sehingga berdasarkan konsep ini, penyelenggaraan negara harus dibatasi oleh ketentuan hukum-hukum Islam. Mengenai hubungan pemikiran politik al-Maududi dengan kebangkitan Islam khususnya di Pakistan dapat dilihat pengaruh pemikiran politiknya dalam konstalasi politik di Pakistan seperti pengakuan kedaulatan hanya di tangan Allah pada "Resolusi Objektif" tahun 1949.

E. Saran dan Rekomendasi

Pentingnya bagi para remaja dan juga mahasiswa untuk memahami dan mempelajari sejarah keruntuhan Kesultanan Utsmaniyah dan bagaimana hal ini memengaruhi peran Islam politik di Indonesia. Karena dengan memahami sejarah akan membantu mereka menghargai perjalanan panjang umat Islam dan juga nilai-nilai yang dibawa oleh sejarah tersebut.
 
Referensi: 
Adam, A. (2022). Sejarah Perkembangan Dan Kemunduran Tiga Kerajaan Islam Abad Modern Tahun 1700-1800. Jurnal Al-Tadabbur, 6(2), 4038–4049. http://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/3632
Soenoko, R. (2015). Runtuhnya Kesultanan Turki Usmani suatu analisa deskriptif. 20157663.
Mukarom. (2015). Pendidikan Islam pada Masa Kerajaan Turki Usmani 1300-1922 M. JurnalTARBIYA,1(1),109–126. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jurnaltarbiya/article/view/13- Academia.edu. (Red)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author