Implikasi Keruntuhan Turki Utsmani Terhadap problematika Pada Politik Islam di Indonesia
Oleh : Rani Ani
Mahasiswi STID Mohammad Natsir
A . Kerajaan Turki Utsmani Dan Berdirinya Organisasi Kenferensi Islam (OKI)
Kerajaan turki utsmani berdiri pada tahun 1281 di asia kecil. Pendirinya adalah utsman bin Erthogil. Wilayah kekuasaannya meliputi asia kecildan daerah trace (1354), kemudian menguasai selat dardaneles (1361), Casablanca (1389), lalu Kemudian menaklukkan kerajaan romawi (1451).
Kerajaan Turki Utsmani, atau Kekaisaran Utsmaniyah, adalah salah satu imperium terbesar dalam sejarah dunia yang berdiri dari tahun 1299 hingga 1922.
Imperium ini didirikan oleh Osman I di Anatolia dan tumbuh pesat untuk menguasai sebagian besar wilayah Timur Tengah, Eropa Tenggara, dan Afrika Utara.
Pada puncak kejayaannya pada abad ke-16 dan 17, Kekaisaran Utsmaniyah menjadi kekuatan dominan di kawasan tersebut. Mereka mengembangkan sistem pemerintahan yang efektif dengan membagi wilayah ke
dalam provinsi-provinsi otonom yang diperintah oleh gubernur-gubernur, dan memanfaatkan kekuatan militer yang kuat untuk mempertahankan dan memperluas Wilayahnya.
Selain itu, Kekaisaran Utsmaniyah juga dikenal sebagai pusat kebudayaan yang penting, menghasilkan karya seni, sastra, dan arsitektur yang mengagumkan. Mereka membangun struktur administrasi yang kompleks dan toleransi terhadap Berbagai kelompok etnis dan agama di dalam imperium mereka.
Dalam sejarahnya, selama kerajaan turki Utsmani berdiri yang hampir tujuh abad lamanya (1299/1300-1924), tidak kurang dari 38 sulyan yang telah memimpin kerajaan ini.
Namun, pada abad ke-18, kekuasaan Utsmaniyah mulai melemah karena Tekanan dari kekuatan Eropa Barat, serta permasalahan internal seperti korupsi dan
ketidakstabilan ekonomi. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, kekaisaran ini mengalami kekalahan dan terpaksa membubarkan diri. Wilayah Utsmaniyah dibagi-bagi oleh pihak-pihak Sekutu, dan pada tahun 1922, Republik Turki modern Didirikan dengan mengakhiri masa kekuasaan monarki Utsmaniyah.
Sejak itu, warisan Kekaisaran Utsmaniyah tetap relevan dalam sejarah Turki modern dan kawasan sekitarnya, mencerminkan kompleksitas dan perubahan
yang dialami oleh dunia Muslim dan Eropa Timur selama berabad-abad.
Sepeninggalan kerajaan turki utsmani, telah banyak peristiwa yang terjadi terhadap umat islam, berbagai macam goncangan dan tantangan selalu hadir dan
menyelimuti sejarah umat islam. Karena berbagai peristiwa inilah negara-negara Islam mendirikan satu organisasi yang bertujuan untuk kepentingan umat islam yang ada di dunia ini yakni oraganisasi konferensi islam (OKI). Organisasi
Konferensi Islam (OKI) memiliki sejarah panjang yang dimulai dari kebutuhan negara-negara mayoritas Muslim untuk bersatu dalam menghadapi tantangan
global dan untuk memperkuat solidaritas umat Islam secara internasional.
Wacana tentang pembentukan organisasi internasional bagi negara-negara Muslim mulai muncul pada pertengahan abad ke-20, terutama dalam konteks antikolonialisme dan pembentukan identitas kebangsaan pasca-kolonial. Salah satu langkah awal menuju pembentukan OKI adalah Konferensi Kairo pada tahun 1949, Di mana pertemuan tingkat tinggi dihadiri oleh perwakilan dari sejumlah negara
Muslim. Meskipun tidak menghasilkan pembentukan organisasi baru pada saat itu, konferensi ini menandai upaya awal untuk meningkatkan kerja sama di antara negara-negara Muslim.
Titik penting dalam sejarah OKI adalah Konferensi Rabat pada tahun 1969. Konferensi ini diadakan sebagai respons terhadap kebakaran besar-besaran Di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, yang memicu kemarahan dan protes luas di dunia Muslim. Pada konferensi ini, pemimpin-pemimpin negara Muslim sepakat untuk
mendirikan Organisasi Konferensi Islam (OKI) dengan tujuan memperkuat solidaritas politik dan ekonomi antara negara-negara anggota. OKI secara resmi
didirikan pada 25 September 1969, dengan 24 negara anggota awal. Tujuan utamanya adalah untuk mengoordinasikan sikap politik negara-negara Muslim
dalam menghadapi masalah-masalah global, terutama yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam.
OKI terus berkembang dengan penambahan anggota baru seiring berjalannya waktu. Organisasi ini mengadopsi berbagai program dan inisiatif untuk meningkatkan kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
pendidikan di antara negara-negara anggota. OKI juga mengalami transformasi seiring dengan perubahan politik global dan tantangan internal, seperti upaya untuk
memperkuat struktur organisasi dan meningkatkan efektivitas kerja sama di antara negara-negara anggota. Sejak awal berdirinya, OKI telah menjadi salah satu Organisasi internasional yang penting bagi umat Islam global dalam upaya untuk memperkuat solidaritas dan mengatasi tantangan bersama.
*B. Sebab-Sebab Kehancuran Turki Utsmani*
Setelah sultan sulaiman al-Qanuniy wafat (1566 M). kerajaan turki utsmani mulai memasuki fase kemundurannya. akan tetapi, sebagai sebuah Kerajaan besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. kenaikan sultan salim II (1566-1574 M). telah dianggap oleh ahli sejarah sebagai titik permulaan keruntuhan turki utsmani dan berakhirnya masa keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabakan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi
musuh-musuhnya. Kehancuran Kesultanan Utsmani, yang merupakan salah satu imperium terbesar dalam sejarah dunia, memiliki beberapa sebab yang kompleks
dan multifaktorial:
*. 1. Kelemahan para sultan dan sistem biokrasi*
Seorang sultan yang cukup lemah akan membuat peluang bagi degradasi politik di kerajaan turki utsmani. Kesultanan Utsmani mengalami pergolakan Internal yang serius, termasuk konflik politik dan persaingan kekuasaan antara
berbagai kelompok dan fraksi di dalam pemerintahan. Keberhasilan militer Kesultanan Utsmani mulai merosot di abad ke-17 dan seterusnya, khususnya setelah kekalahan mereka dalam Pertempuran Wina tahun 1683. Hal ini
mengakibatkan hilangnya kendali atas wilayah-wilayah yang penting.
*2. Kemerosotan kondisi sosial ekonomi*
Perubahan sosial dan ekonomi di dalam Kesultanan Utsmani, termasuk Urbanisasi yang cepat dan meningkatnya ketegangan sosial ekonomi, Mengakibatkan tekanan tambahan pada struktur politik tradisional. Sistem administratif Kesultanan Utsmani menjadi semakin tidak efektif
seiring waktu. Pembagian administratif yang rumit dan birokrasi yang lambat Merespon menyulitkan dalam mengelola wilayah yang luas.
*3. Munculnya kekuatan Eropa*
Munculnya politik baru di daratan eropa dapat dianggap umum faktor yang mempercepat proses keruntuhan turki utsmani. Penjajahan kolonial Eropa, Terutama oleh Inggris dan Prancis, serta upaya-upaya nasionalisme di dalam negeri Yang didorong oleh kelompok-kelompok minoritas nasional menyebabkan tekanan tambahan pada kesultanan. Munculnya gerakan nasionalisme di kalangan berbagai
kelompok etnis di dalam kesultanan, seperti orang-orang Yunani, Serbia, dan Bulgaria, yang menginginkan kemerdekaan dari pemerintahan Utsmani.
Kombinasi faktor-faktor ini secara bertahap melemahkan Kesultanan Utsmani dan pada akhirnya mengarah pada kehancurannya sebagai entitas politik
pada awal abad ke-20, setelah berabad-abad sebagai kekuatan dominan di dunia Islam dan Eropa Timur.
*C. Dampak Positif Dan Negatif Runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani*
*1. Dampak positif*
1). Kemerdekaan Negara-negara Banyak daerah yang sebelumnya ada dalam kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmani mendapatkan kemerdekaan mereka dan mampu membentuk negara-negara merdeka, Seperti Mesir, Irak, dan Arab Saudi.
2). Pembentukan Identitas Nasional Runtuhnya kekhalifahan mendorong pembentukan identitas nasional di berbagai negara. Bangsa-bangsa mulai mengejar tujuan politik dan sosial mereka sendiri tanpa dominasi
kekuasaan pusat.
3) Modernisasi dan Reformasi Negara-negara bekas wilayah Utsmani Melakukan upaya modernisasi dan reformasi yang signifikan. Ini termasuk pembaharuan dalam sistem pendidikan, pemerintahan, dan Infrastruktur.
*2. Dampak negatif*
1). Ketidakstabilan Politik Banyak wilayah mengalami ketidakstabilan politik setelah runtuhnya kekhalifahan. Konflik internal dan perebutan Kekuasaan menjadi umum di beberapa negara.
2) Fragmentasi Wilayah Pembagian wilayah bekas Kekhalifahan Utsmani oleh kekuatan kolonial (seperti Inggris dan Prancis) sering kali tidak memperhitungkan batas-batas etnis dan agama, yang mengakibatkan konflik berkepanjangan.
3) Kehilangan Kesatuan Islam: Dengan runtuhnya kekhalifahan, umat Islam kehilangan simbol persatuan dan kepemimpinan global yang selama ini diwakili oleh Khalifah.
**D. Analisis Dampak Kejatuhan Turki Utsmani Terhadap Peran Dan Posisi Islam Politik Di Indonesia**
Runtuhnya turki utsmani membawa dampak bagi negara-negara islam terutama indonesia. Salah satu dampak yang signifikan bagi dunia islam terutama indonesia ialah rasa solidaritas dan persatuan umat islam, setelah runtuhnya turki utsmani negara-negara yang awalnya berada dalam kekuasaan daulah turki utsmani berubah. Kondisi ini mengubah masyarakat islam di timur tengah dan memicu
munculnya gerakan politik islam yang di awali dengan munculnya ikhwanul
muslim di mesir.
Kehancuran Kesultanan Utsmani pada awal abad ke-20 memiliki dampak yang signifikan terhadap peran dan posisi Islam politik di Indonesia, meskipun jarak geografis yang jauh antara kedua wilayah ini. Kesultanan Utsmani secara historis merupakan pusat kekuasaan dan kepemimpinan bagi dunia Islam, termasuk Indonesia. Kehancurannya mempengaruhi pemikiran politik di kalangan Muslim Indonesia yang menggantungkan identitas keislaman mereka pada model kekhalifahan dan otoritas politik Islam. Kehilangan pusat kekuasaan seperti Kesultanan Utsmani menginspirasi gerakan-gerakan politik di Indonesia yang
berusaha mempertahankan atau mengembalikan otoritas politik Islam.
Kehancuran Kesultanan Utsmani membuka jalan bagi gerakan modernis dan reformis di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Gerakan ini bertujuan untuk Memodernisasi dan memperbarui pemikiran Islam serta institusi sosial-politiknya, sebagai respons terhadap tantangan-tantangan zaman baru pasca-kejatuhan kekhalifahan. Kehancuran Kesultanan Utsmani juga berkontribusi terhadap munculnya nasionalisme sekuler di dunia Islam, yang pada gilirannya mempengaruhi cara pandang politik di Indonesia. Pemisahan antara agama dan
politik menjadi lebih jelas, dan munculnya identitas nasional yang tidak sepenuhnya bergantung pada identitas agama.
Secara keseluruhan, kejatuhan Kesultanan Utsmani memiliki dampak yang kompleks dan multifaset terhadap pemikiran dan posisi Islam politik di Indonesia. Meskipun bukan secara langsung, namun hal ini terbukti mempengaruhi
perkembangan politik dan intelektual umat Islam di Indonesia dalam menghadapi zaman modern dan tantangan politik global. Dalam pembahasan keruntuhan turki
utsmani tersebut analisis ada beberapa yang diperlukan dalam melihat dampak keruntuhan turki utsmani bagi indonesia diantaranya:
*1. Apakah ada hubungan antara kejatuhan turki utsmani dengan peran dan posisi islam politik indonesia?*
Runtuhnya kekhalifahan turki utsmani tidak hanya memberikan dampak bagi wilayahnya saja tetapi dampak tersebut dirasakan juga oleh negara-negara islam
diseluruh dunia. Runtuhnya turki utsmani seperti halnya kehilangan simbol persatuan islam, karena Kesultanan Utsmani dianggap sebagai simbol kekhalifahan dan otoritas Islam yang luas. Kehancurannya mempengaruhi
pemikiran politik di kalangan umat Islam di Indonesia, mengingatkan mereka akan pentingnya mempertahankan atau mengembalikan kekuasaan politik berbasis Islam.
Indonesia tentu memerlukan simbol persatuan politik islam seperti yang ada Dalam kekhalifahan turki utsmani, runtuhnya turki utsmani membuat indonesia
turut kehilangan simbol yang dijadikan patokan dan pembelajaran. Runtuhnya turki utsmani membuat politik indonesia lupa bahwa seharusnya kekhalifahan turki
utsmanilah yang menjadi patokan dan referensi dalam politknya.
*. 2. Bagaimana pengaruh antara kejatuhan turki utsmani dengan peran dan posisi Islam politik di indonesia?*
Pengaruh yang diakibatkan dari kehancuran kesultanan turki utsmani yakni. mempengaruhi pemikiran politik Islam di Indonesia dengan memicu diskusi
tentang bentuk dan peran yang ideal dari pemerintahan berbasis Islam. Diskusi ini memengaruhi gerakan politik dan pemikiran Islam di Indonesia, yang terus beradaptasi dengan kondisi dan tantangan zaman.
Sebagai pusat kekhalifahan Islam terakhir, kejatuhan Kesultanan Utsmani Mengakibatkan kevakuman dalam kepemimpinan politik Islam global. Hal ini mempengaruhi identitas dan aspirasi politik umat Islam di Indonesia yang secara historis mengidentifikasi diri dengan otoritas kekhalifahan. Pasca-kejatuhan Kesultanan Utsmani, muncul gerakan-gerakan modernis dan reformis dalam Islam yang mengusulkan interpretasi baru terhadap ajaran Islam dalam konteks modern. Pengaruh gerakan ini juga terasa di Indonesia, mempengaruhi cara pemikiran politik Islam dan penafsiran terhadap prinsip-prinsip Islam dalam politik. Kehancuran Kesultanan Utsmani ikut berkontribusi pada perkembangan Identitas nasional di Indonesia yang lebih terpisah dari identitas agama. Hal ini mempengaruhi bagaimana politik agama dipahami dan diterapkan dalam konteks nasionalisme Indonesia yang sedang tumbuh.
Secara keseluruhan, kejatuhan Kesultanan Utsmani bukan hanya mengubah lanskap politik Islam global tetapi juga mempengaruhi secara mendalam pemikiran politik Islam di Indonesia, memicu berbagai gerakan dan perdebatan tentang peran Islam dalam politik dan masyarakat modern.
*3. Faktor-faktor yang dapat menghambat peran islam politik di indonesia*
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi peran islam politik di Indonesia diantara faktor tersebut yakni, pertama keanekaragaman etnis dan agama, indonesia memiliki popularitas yang sangat beragam sacara etnis dan Agama, hal ini membuat sulit untuk mencapai konsensus tunggal dalam isu-isu politik yang berbasis agama. Kedua, sistem politik pancasila yang mengutamakan prinsip-prinsip kebinekaan dan pluralisme. Hal ini dapat menghambat dominasi agama tertentu dalam kebijakan negara. Ketiga, kehidupan politik demokratis, sistem politik indonesia yang demokratis memungkinkan berbagai kepentingan politik untuk bersaing secara bebas. Hal ini dapat membatasi dominasi satu ideologi atau agama tertentu termasuk islam. Keempat, moderasi islam, tradisi islam di indonesia cenderung lebih moderat dibandingkan dengan beberapa negara muslim lainnya. Hal ini dapat mengurangi intensitas peran politik islam yang radikal atau keras. Kelima, indonesia secara konstitusional menjamin kebebasan
beragama bagi seluruh warga negaranya. Ini dapat membatasi upaya-upaya untuk menerapkan hukum islam yang ketat atau kebijakan politik yang berbasis agama.
Faktor-faktor ini bersama-sama menciptakan sebuah dinamika politik di indonesia di mana peran islam politik cenderung lebih bervariasi dan terkadang dibatasi oleh faktor-faktor tersebut.
*. 4. Analisis peran dan posisi islam politik di indonesia dengan menggunakan*
Pendekatan pluralisme politik. Pendekatan ini mengakui pentingnya pluralisme dalam kehidupan politik,
dimana berbagai kelompok dan ideologi saling bersaing dan berinteraksi dalam suatu kerangka demokratis. Berikut analisis dengan pendekatan pluralisme politik.
1) Pluralisme dan keanekaragaman agama di indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim terbesar di dunia, namun juga memiliki minoritas agama yang signifikan seperti kristen, hindu, budha, dan agama tradisional. Pendekatan pluralisme politik memandang keanekaragaman ini sebagai aset penting yang harus diperhatikan dalam kehidupan politik negara.
Indonesia telah berhasil mempertahankan stabilitas politiknya, dengan mengadopsi pendekatan inklusifterhadap keanekaragaman Agama. Ini tercermin dalam kebijakan pencasila yang menjunjung Tinggi prinsip-prinsip kebinekaan, termasuk kebebasan beragama.
2) Tantangan dalam implementasi islam politik
Dalam konteks pluralisme politik, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi dalam implementasi islam politik di indonesia. Pertama, partai-partai politik sekuler dan minoritas agama juga memiliki basis dukungan yang kuat, tantangan utama bagi partai Islam adalah untuk menjaga keseimbangan antara agenda-agenda agama dengan kepentingan nasional yang lebih luas.
Kedua, keterbatasan dalam penerapan syariah, meskipun ada desakan Dari beberapa kelompok untuk menerapkan hukum syariah secara lebih luas, tantangan konstitusional dan resistensi dari kelompokkelompok sekuler serta minoritas agama menjadi kendali utama Dalam upaya tersebut.
Ketiga, polarisasi dan radikalisasi, dalam konteks global, ada resiko polarisasi politik dan radikalisasi di antara kelompok-kelompok Islam, indonesia telah berusaha keras untuk mempertahankan moderasi islamnya, tetapi masih terdapat tantangan dari ferakangerakan radikal.
3) Implikasi untuk demokrasi dan stabilitas
Pendekatan pluralisme politik menyoroti pentingnya demokrasi sebagai kerangka untuk menangani persaingan politik yang sehat dan konstruktif, implikasi dari peran islam politik dalam kerangka ini meliputi:
Pertama, penguatan demokrasi, partisipasi aktif partai-partai islam dari memperkaya diskusi politik memperluas basis demokrasi di indonesia. Ini membantu memastikan representasi yang lebih inklusif dari berbagai segmen masyarakat.
Kedua, stabilitas politik, meskipun indonesia menghadapi tantangan dari waktu ke waktu, pendekatan pluralisme politik membantu menjaga stabilitas politik dengan menekankan pentingnya dialog, toleransi, dan kompromi di antara berbagai kelompok.
Dengan pendekatan ini, analisis terhadap peran dan posisi islam politik di indonesia dapat dipandang sebagai bagian integral dari dinamika politik yang beragam dan berkesinambungan dalam kerangka demokratis pluralis.
**5. Trend kebangkitan islam politik di indonesia**
Trend kebangkitan islam politik di indonesia dapat dilihat sebagai fenomena kompleks yang melibatkan berbagai faktor sosial, politik, dan ekonomi. Beberapa Faktor utama yang mempengaruhinya antara lain:
1). Indentitas agama , islam adalah agama yang mayoritas di indonesia, Sehingga isu-isu yang berkaitan dengan islam sering kali memiliki
daya tarik besar bagi sebagian besar penduduk.
2 ). Peran media sosial, penyebaran ideologi dan kampanye politik yang Didukung oleh isu-isu keagamaan semakinmudah melalui media sosial, mempengaruhi pola pikir dan perilaku politik masyarakat.
3 ). Isu-isu politik sosial, isu-isu seperti syariah, hak-hak minoritas dan moralitas seringkalo menjadi topik utama dalam diskusi politik di indonesia, memperkuat kehadiran islam dalam ranah politik.
4). Kontroversi dan ketegangan, kehadiran islam dalam politik juga sering kali menyebabkan kontroversi dan ketegangan dalam msyarakat indonesia yang beragam ini.
Tren ini mencerminkan dinamika kompleks dari politik dan agam di indonesia, di mana faktor-faktor ini saling berinteraksi dan membentuk lengkap politik yang terus berubah.
*6. Saran dan Rekomendasi*
Dampak kejatuhan kekhalifahan turki utsmani terhadap peran dan posisi islam politik di indonesia memang memiliki implikasi yang sangat signifikan. Dalam menghadapi kekosongan simbolis akibat kejatuhan kekhalifahan turki utsmani, penting memperkuat indentitas agama lokal yang sesuai dengan konteks indonesia, seperti tradisi keislaman nusantara yang inklusif dan toleran. Saran dan rekomendasi untuk memahami dan menghadapi dampat tersebut yakni, mendukung pendidikan yang literasi keagamaan yang seimbang dan terbuka terhadap pemahaman yang beragam tentang islam, untuk menghindari radikalisasi dan intoleransi. Memasukkan pendidikan kewarganegaraan yang inklusif dan menghormati keberagaman kurikulum pendidikan, untuk membangun kesadaran pluralisme dan persatuan nasional. Mendorong keterlibatan masyarakat spill dalam memperjuangkan nilai-nilai demokratis, hak asasi manusia, dan pluralisme, sebagai respon terhadap potensi pengaruh ekstremisme.
Dengan menerapkan saran-saran ini, indonesia dapat menghadapi dampak kejatuhan turki utsmani dengan baik, memperkuat fondasi keagamaan moderat dan pluralisme, serta membangun kedamaian sosial yang berkelanjutan. (Red)