Reorganisasi Peran dan Posisi Islam Politik di Indonesia

Reorganisasi Peran dan Posisi Islam Politik di Indonesia

Smallest Font
Largest Font

Nama : Shofi Rodhiyatan Mardiyah
Prodi : KPI 6

a.  Sejarah Kekhalifahan Turki Utsmani

Daulah Turki Utsmani Imperium terbesar yang dikenal sebagai Ottoman di Barat, yang memengaruhi sejarah Islam. Daulah ini didirikan oleh seorang panglima yang kemudian menjadi kepala suku bernama Utsman yang berasal dari suku Kai, dan orang yang pertama kali meletakkan batu pertama ialah Urthugrul yang merupakan ayah dari Utsman itu sendiri. Daulah Utsmani berawal dari peperangan yaitu peperangan antara Bani Saljuk yang dipimpin oleh Sultan Alaudin yang mana melawan Khawarizmi Syah memberontak Bani Saljuk dan kemenangan hampir dimiliki oleh musuh, akan tetapi sekelompok pasukan yang dipimpin oleh Urtughrul menyelamatkan sang sultan kemudian meraih kemenangan. Kemudian Sultan Alaudin menghadiahi Urtughrul dengan sebidang tanah yang luasnya 1000 km2 di daerah Shaghut yaitu perbatasan antara Bizantium dengan Bani Saljuk, kemudian Sultan Alaudin mempersilahkan kepada Urtugrul untuk memperluas wilayah asalkan didaerah kekuasaan musuh yang merupakan ekspansi keluar dan  kemudian disana Urtughrul berkembang melakukan penaklukan-penaklukan dan kemudian berubah menjadi negara yang di pimpin oleh Utsman yaitu puteranya yang akan mewarisi kepemimpinan ayahnya yaitu Urthugrul. Berdirinya Daulah Turki Utsmani ditandai dengan sebuah mimpi yaitu ketika Utsman bermimpi bersama syeikh Edebeli yang mana dari dada syeikh Edebeli memancarkan rembulan berpindah ke dadanya dan dari dadanya kemudian muncul sebatang pohon yang menjulang tinggi yang kemudian ditafsirkan bahwa kelak usman akan menjadi pemimpin dunia. 

Turki Utsmani adalah kerajaan yang berdiri pada tahun 1281 di Asia Kecil. Pendiri daulah ini adalah Utsman bin Erthogol. Ia merupakan bangsa Turki Utsmani berasal dari keluarga Qabay, salah satu kabilah Al-Ghazi Turki yang menetap secara nomaden di Asia Tengah (Turkistan). Silsilah mereka dilihat dari suku kecil, yaitu suku Oghuz. Suku tersebut tinggal di daerah Mongol dan daerah bagian Cina utara. Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh. Akibat tekanan dari bangsa Mongol yang sudah mulai menginvasi beberapa daerah Asia Tengah, sehingga bangsa Turki hijrah ke Anatolia atau Asia Kecil untuk meminta perlindungan kepada bangsa Turki yang ada di Anatolia yang pada waktu itu dikenal dengan sebutan Bani Saljuk yang memegang politik di Dinasti Abbasiyah. 
Dinasti Saljuk merupakan orang-rang Turki yang telah berhasil menduduki posisi di pemerintahan di Dinasti Abbasiyah, hal ini dilatar belakangi oleh keterbukaan Abbasiyah sehingga bangsa Turki yang awalnya hanya sebatas tentara bayaran diberikan posisi penting dalam pemerintahan dan berujung pada dominasi atas Abbasiyah dan Abbasiyah hanya sebatas simbol dan yang memegang pemerintahan mutlak dipegang oleh bani Saljuk. 

Pada tahun 699 H/1300 M, Daulah Turki Saljuk diserang oleh Mongol dan menyebabkan Sultan Alaiddin tewas. Maka Utsman bin Ertgul mendeklarasikan berdirinya Kesultanan baru dengan nama Kesultanan Turki Utsmani dan orang-orang Eropa menyebutnya Ottoman Empire. 
Kekhalifahan Islam yang sangat besar, Dinasti Turki Utsmani, memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki memainkan peran besar dalam membangun masyarakat Islam. Berdirinya kesultanan Turki Utsmani memulai kebangkitan Islam setelah pusat keagamaan Islam, Bani Abbasiyah, dihancurkan oleh invasi Mongol dari Asia Tengah dan menjarah kota Bagdad tanpa sisa. Kehadiran Turki Utsmani menjadi kekuatan baru bagi umat Islam dan menjadi musuh baru bagi raja-raja Eropa, terutama raja-raja Eropa Tenggara yang merasa terancam oleh kemenangan Sultan Utsman I atas wilayah Bizantium pada tahun 1288 atau 1289. 
Organisasi Konferensi Islam (OKI) merupakan organisasi yang dibuat, disepakati dan disetujui pada tanggal 29 Februari – 4 Maret 1972 dinamai dengan  “Munazhzhohmzh al-mu’tamar al-islamy” atau dalam bahasa Indonesia diberi nama sebagai Organisasi Konferensi Islam ketika para perwakilan negara Islam melakukan konferensi setelah perang dunia kedua, yang mana pada tanggal 21 Agustus 1069 dunia dikejutknan dengan adanya pembakaran Masjidil Aqsha dibawah penduduk Israel dan Mufti Jerussalam mengharapkan diadakannya konferensi tingkat tinggi. Dan dalam sidang Liga Arab diusulkan untuk membuat dan mnyetejui adanya kerja sama sebanyak 24 negara Muslim untuk berbicara, memahami dan bekerja sama yang erat dalam bidang ekonomi, teknologi, kebudayaan, dan bidang lainnya. Dalam hal ini, konferensi dunia Islam (Pra-OKI) diadakan di Kairo pada bulan Mei 1926 untuk membicarakan berbagai masalah yang dihadapi dunia saat itu. 

Sejak berakhirnya Kekhalifahan Utsmani pada tahun 1924, banyak perubahan signifikan telah terjadi dalam sejarah dunia Islam. Setelah jatuhnya Kekhalifahan Utsmani, negara-negara Muslim mengalami proses kolonialisasi dan modernisasi yang berbeda-beda, sementara gerakan nasionalisme dan kebangkitan Islamisme mulai berkembang.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) didirikan pada tahun 1969 sebagai tempat bagi negara-negara anggotanya untuk berbicara tentang isu-isu politik, ekonomi, dan sosial yang relevan bagi dunia Muslim. OKI bertujuan untuk mempromosikan kerjasama dan solidaritas antara negara-negara Muslim, meskipun dampaknya terhadap politik dan kehidupan Muslim telah diperdebatkan. Selain itu, Organisasi Konferensi Islam (OKI) didirikan dengan tujuan memperkuat solidaritas dan kerjasama antara negara-negara anggotanya. OKI bertujuan untuk mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial, budaya, dan politik di antara negara-negara anggota, serta untuk mengkoordinasikan sikap mereka dalam masalah-masalah yang relevan dengan dunia Islam. Hingga saat ini, OKI terus berperan dalam mengatasi tantangan dan mempromosikan kepentingan bersama negara-negara anggotanya.

Sejak itu, Pada awal tahun 1924 umat Islam hilang kepemimpinan. Diawali dari munculnya peristiwa revolusi prancis dan revolusi industri, pada akhir abad ke 18, dari revolusi prancis lahirlah ideologi-ideologi seperti liberalisme, sekularisme nasionalisme, yang merupakan awal mula dai modernisme. Seiring dengan kemajuan tekmologi yang tampak di sekeliling mereka. Disisi lain umat islam hanyut dibuai dengan kemewahan-kemewahan dan kemudian lambat laun membuat umat islam menjadi lemah. Pada saat itu, umat islam melirik barat dan mereka menjadi simpatik dan suka dengan cara berpikir mereka dan gaya hidup mereka. Terutama para pelajar di turki utsmani pada waktu itu merka berusaha untuk menduplikat cara berfikir barat itu, maka sedikit demi sedikit cara berfikir barat ini digandrungi oleh mereka. Maka pada masa berikutnya pengaruh sekularisme mencolok di turki sejak ditetapkannya tandzimat. Sehingga ada undang-undang yang berdasarkan pada syariat dan undang-undang yang berdasarkan nilai nilai sekular. Lambat laun menjadi masalah besar demgan hadirnya gerakan rahasia yaitu gerakan fimasonri. Mereka bergerak secara diam2 dan terstruktur secara rapi. 
Pada masa pemerintahan sultan abdul hamid 2 pada tahun 1876-1909 merupakan puncak pertarungan antara ideologi islam dengan ideologi sekulre liberal yang dibawa oleh fimason atau kaum intelektual muda dari gerakan turki muda. Dan ini merupakan masa kritis. sejumlah peristiwa signifikan telah mempengaruhi dunia Islam, termasuk Revolusi Islam di Iran, Perang Saudara Afghanistan, Perang Teluk, Konflik Israel-Palestina, dan lainnya. Islam juga mengalami perkembangan dalam bentuk gerakan kebangkitan Islamis, baik yang bersifat politis maupun sosial.
Namun, perkembangan Islam tidaklah homogen di seluruh dunia. Berbagai faktor seperti politik, ekonomi, dan budaya lokal mempengaruhi bagaimana Islam dipraktikkan dan dipahami dalam masyarakat yang berbeda.

*b.     Sebab-Sebab Keruntuhan Turki Utsmani*

Semakin jauhnya pemerintah Utsmani dari syariat Allah menyebabkan keruntuhannya, yang menyebabkan kesengsaraan bagi umat manusia. Di akhir pemerintahan Utsmani, jauhnya para sultan dari syariat Allah berdampak negatif yang signifikan terhadap kehidupan umat Islam. Jadi manusia terjebak dalam kehidupan materi dan berperilaku jahil, yang menyebabkan mereka kesulitan, kebingungan, dan ketakutan yang berlebihan, serta sikap pengecut sehingga mereka menganggap segala sesuatu diarahkan pada mereka.
Allah berfirman:
  [طه: 124]   وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ ضَنْكً   
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Thaha: 124) 

Banyak hal yang menyebabkan runtuhnya Turki Utsmani, yaitu:
1.     Amat luasnya kekuasaan Turki Utsmani
Karena rumitnya menyusun administrasi negara, sementara disisi lain, pengaturannya tidak didukung oleh sumber daya yang berkualitas tinggi hingga administrasi negara Turki Utsmani tidak naik dan rumi, disisi lain banyak penguasa yang sangat berambisi untuk memperluas wilayah, mengadakan peperangan secara terus menerus, yang mengakibatkan tidak adanya waktu dalam mengurus administrasi negara.
2.     Heterogenitas penduduk 
Karena populasi yang beragam dan agama dan adat istiadat yang ada di wilayah Asia, Afrika, dan Eropa, pemerintah menghadapi tantangan yang signifikan jika harus mengelola populasi yang beragam ini. Mereka juga harus membuat pemerintahan yang teratur dan tanpa dukungan administrasi yang baik.
3.     Lemahnya Para Penguasa
Turki Utsmani hancur dan kacau setelah Sulaiman Al-Qanuni meninggal. Kekacauan itu dibiarkan berlanjut dan tidak pernah diselesaikan secara menyeluruh, sehingga semakin parah dan akhirnya menjadi penyakit yang tidak dapat disembuhkan di Eropa. 

Adapun penyimpangan yang juga menjadi sebab runtuhnya kerajaan Turki Utsmani diantaranya, 
a.      Hilangnya (Wala’) dan disloyalitas (Bara’)
Pada awal pemerintahan Turki Utsmani para pemimpin menjalankan syariat Allah yang melarang orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai wali. Namun, karena kebodohan yang menyebar di sebagian besar wilayah pemerintahan Utsmani dan kurangnya ulama Rabbaniyyin yang dapat menerangi umat dan menuntun mereka ke jalan yang lurus dan benar, pemahaman tentang loyalitas dan disloyalitas telah berubah di akhir pemerintahan, terutama pada abad ketiga belas dan keempat belas Hijriyah. 
b.     Penyempitan makna ibadah
Pada awal berdirinya pemerintahan Utsmani mempunyai salah satu syarat kemenangan yaitu pemahaman yang lengkap tentang ibadah. Sebagai hasil dari kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala, umat Turki Utsmani terdahulu memahami ibadah secara kompleks dan mendalam. Dengan kata lain, ibadah harus mencakup semua aspek kehidupan manusia. Meskipun demikian, keyakinan mereka yang memisahkan ibadah dari sistem Islam secara keseluruhan telah secara signifikan melemahkan kesadaran politik, sosial, dan moral umat Islam dan menimbulkan dampak negatif, seperti menganggap ibadah hanya sebagai ritual turun temurun, meremehkan aspek sosial kemasyarakatan, menganggap ibadah hanya sebagai pekerjaan, dan mencukupkan diri dengan formalitasnya.
c.      Tenggelam dalam kesyirikan, bid’ah dan khurofat
Sesungguhnya, bid'ah, syirik, dan khurafat melanda pemerintah Utsmani selama dua abad terakhir. Dalam tauhid Uluhiyyah terjadi kesalahan besar yang dikombinasikan dengan kebodohan dan kegelapan, sehingga menutup hakikat agama. Cahaya tauhid menjadi hilang dan menyimpang. 
d.     Sufi yang menyimpang 
Munculnya kaum Sufi yang menyimpang sebenarnya adalah kekacauan terbesar dalam sejarah umat ini, yang akhirnya berkembang menjadi komunitas Islam yang menganut ibadah, pemikiran, dan keyakinan yang sangat berbeda dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. kalangan Sufi yang menyimpang ini memiliki kekuatan dan pengaruh yang pada akhir pemerintahan Utsmani.
 
*c.      Dampak Negatif dan Positif Pasca Runtuhnya Kerajaan Turki Utsmani*

Adapun dampak negatif dari runtuhnya kekhalifahan turki utsmani ialah sepeninggal Mustafa Attaturk umat Islam menjadi berpemahaman sekuler, hancurnya syiar-syiar Islam, kemerosotan moral merajalela. Negara-negara Islam terpecah belah menjadi negara-negara yang berpikir tentang nasionalisme dan patriotisme yang berbeda, undang-undang Islam diubah menjadi undang-undang orang kafir, pengexploitasian kekayaan, dan negara-negara Barat mengubah kurikulum pendidikan untuk melahirkan generasi baru yang mempercayai pada Barat. 
Disisi lain ada dampak positif dari runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani diantaranya terbentuknya Organisasi Konferensi Islam, adanya perkembangan Ilmu pengetahuan, mendirikan sekolah modern, integrasi ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. 

*d.     Analisis Dampak Kejatuhan Turki Utsmani Terhadap Peran dan Posisi Islam Politik Indonesia.*

*1.     Ada Tidaknya Hubungan Antara Kejatuhan Turki Utsmani dengan Peran dan posisi Islam Politik Indonesia.* 

Selain memiliki efek negatif yang menyebabkan runtuhnya peradaban politik Islam, runtuhnya kekhilafan Turki Utsmani pada tahun 1924 dan kolonialisme yang melanda dunia Islam pada abad ke 18 hingga 20 juga memiliki efek positif yang memungkinkan kaum muslimin untuk memikirkan kembali jati diri mereka, termasuk pemikiran politik Islam. 
Di Indonesia, Mohammad Natsir menyatakan bahwa Islam bukan hanya suatu sistem agama, tetapi juga suatu kebudayaan yang lengkap. Negara adalah dua entitas relegio-politik yang menyatu. Negara yang secara formal mendasarkan Islam sebagai ideologinya dianggap sebagai struktur negara Islam. Ia berfungsi untuk melindungi prinsip-prinsip Islam dan menjaga supremasi hukum Islam.

*2.     Bagaimana Pengaruh antara Kejatuhan Turki Utsmani dengan Peran dan Posis Islam Politik Indonesia.*

Islam dan politik integratif banyak diwujudkan dalam banyak pemikir dan politikus muslim Adapun pengaruh kejatuhan Turki Utsmani melalui peran politik Indonesia dapat dilihat dari adanya salah satu pilar Kemalisme yang diterapkan oleh Sukarno dalam membangun bangsa Indoneisa yaitu Republikisme yang mana republikisme bertujuan untuk menggantikan tatanan sosial kerajaan yang elitis serta menumpukkan kekuasaan pada sultan dan orang-orang disekitarnya, dengan yang lebih luas berdasarkan sistem republik. Republikisme juga memiliki arti sebagai pemerintahan lewat kehendak rakyat, pemilihan anggota parlemen, rotasi jabatan dan kedaulatan. 
Selain republikisme paham sekularisme akibat runtuhnya daulah Turki Utsmani merambat ke berbagai negara termasuk negara Indonesia, Turki menjadi republik sekuler sejak kejatuhan khalifah utsmaniyah pada tahun 1924 oleh Mustafa Kemal Ataturk, ia menetapkan sekularisme sebagai ideologi Turki dan melarang kegiatan keagamaan di ruang publik. Karenanya paham politik sekuler di Indonesia merupakan pengaruh sebaran sekularisme yang berawal dari lahirnya ideologi sosialisme di Uni Soviet dan dijadikan sebagai pegangan dimasa orde baru. dan kebijakan tersebut menindasa islam sebagai ekspresi politik. 

*3.     Faktor-faktor yang dapat menghambat peran Islam politik di Indonesia.*

a.      Adanya penjajahan Belanda merupakan faktor penghambat bagi peran politik Islam di Indonesia karena untuk menegakkan sistem politik Islam terhambat karena adanya kebijakan kolonial. 
b.     Adanya pengaruh modernisasi dan sekularisasi yang dikenalkan oleh kekuasan penjajahan kolonial dan diteruskan sampai Indonesia merdeka dan menyebabkan paham tersebut menyisihkan aspek aspek agama dari ranah politik dan pemerintahan. 
c.      Banyaknya kelompok Islam yang beragam pandangan politik yang berbeda-beda dan perpecahan kelompok Islam ini bisa menghambat persatuan dan kekuatan politik Islam. 
d.     Indonesia banyak mengadopsi ideologi-ideologi sistem politik barat yang banyak bertentangan dengan politik Islam.
e.      Adanya pengaruh kekuatan internasional dan globalisasi yang memainkan peran dalam menghambat peran politik Islam. Dan tekanan tersebut dari negara-negara besar dan organisasi Internasional yang dapat mempengaruhi arah politik di Indonesia. 

*4.     Analisis reorganisasi peran dan posisi Islam Politik di Indonesia dengan menggunakan pendekatan politik post-behavioral*
 
Setelah runtuhnya Turki Utsmani reorganisasi peran dan posisi politik Islam di Indonesia megalami sejumlah perubahan yang signifikan, perubahan ini mencakup pada aspek-aspek politik, sosial, dan ekonomi yang mengarah pada transformasi dalam cara Islam berperan dalam politik Indonesia. Yang mana reorganisasi ini melibatkan penyesuaian dengan kondisi politik yang berubah dan tantangan dari pengaruh kolonial ideologi Barat. Karena dengan adanya pengaruh penjajahan Belanda dan sistem pemerintahan pasca kemerdekaan terdapat pergeseran menjadi ideologi nasionalisme dan sekularisme, yang mana mengakibatkan penurunan peran formal politik Islam dalam pemerintahan. 
Adanya pembentukan dan peran organisasi-organisasi Islam, organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial dan pendidikan yang mana mereka sering menghadapi tantangan dalam mempengaruhi kebijakan politik secara langsung.  
Setelah Indonesia merdeka ideologi nasionalisme menjadi kekuatan dominan dan perubahan ini mempengaruhi peran politik Islam dimana kelompok-kelompok Islam yang memiliki kekuatan politik seperti partai Masyumi, mengalami penurunan pengaruh karena pada masa Sukarno dan Suharto terdapat upaya untuk menyeimbangkan antara ideologi nasionalisme dan berbagai elemen agama yang sering kali mengarsh pada kebijakan sekularisasi. 

Dengan menggunakan pendekatan politik post-behavioral menggarisbawahi bahwa transformasi yang terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku individu atau kelompok, tetapi juga oleh perubahan struktural dan ideologis yang lebih luas. Melalui pendekatan ini kita memahami bagaimana pilitik Islam di Indonesia beradaptasi dengan realitas baru yang muncul setelah runtuhnya Turki Utsmani. 

*5.     Trend kebangkitan Islam Politik di Indoneisa*

Di Indonesia Islam Politik telah membentuk pola hidup baru baik dalam bentuk ekonomi, sosial maupun yang bersifat kerakyatan. Pertumbuhan politik Islam di Indonesia dipelopori oleh lahirnya partai Masyumi yang mengarah pada bentuk modernis dalam menjalankan misinya sebagai salah satu kekuatan Islam politik di Indonesia. Masyumi mengutamakan perjuangannya untuk kepentingan Islam, sehingga Islam politik yang mereka wakili pada dasarnya adalah Islam politik yang mencakup berbagai elemen kekuatan dalam masyarakat Islam sendiri. Gerakan politik Islam seperti Masyumi yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam konteks kenegaraan. Dan lahirnya bebapa organisasi-organisasi pergerakan Islam lainnya seperti Al-Irsyad, Muhammadiyah, Persatuan Islam, Nahdlatul Ulama dan sebagainya.  

*e.      Saran dan Rekomendasi*

Politik dalam Islam adalah sesuatu hal yang dibenarkan dan dipandang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, Sebagai anak muda di zaman sekarang, kita harus bisa kembali mewujudkan peradaban seperti kemajuan dan kejayaan di zaman Peradaban Turki Utsmani. Yang mana setiap urusan politik dan pemerintahan atau segala tindakan harus didasari dengan ketaatan kepada Allah. Karena dengan menjalankan pemerintahan diatas ketauhidan dan diatas syari’at maka kepemimpinan dan segala urusan ummat akan Allah mudahkan dan berkahi negeri tersebut. (Red)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author