Transformasi Peran dan Posisi Islam Politik Indonesia Pasca Runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani

Transformasi Peran dan Posisi Islam Politik Indonesia Pasca Runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Suci Fitriyana
Mahasiswi STID MOHAMMAD NATSIR

A. Historisme Singkat Kekhalifahan Turki Utsmani Hingga Berdirinya Organisasi

Konferensi Islam (OKI) Sampai Dengan Sekarang

Kekhalifahan Utsmani, sebuah imperium Islam yang pernah membentang luas dari Eropa Tenggara hingga Afrika Utara, merupakan salah satu kisah paling menarik dalam sejarah dunia. Bermula dari sebuah kesultanan kecil di Anatolia pada abad ke-13, Utsmani perlahan-lahan memperluas wilayah kekuasaannya hingga menjadi salah satu kekuatan dunia yang disegani. Di bawah kepemimpinan sultan-sultan yang kuat, seperti Suleiman the Magnificent, Utsmani mencapai puncak kejayaan pada abad ke-16 dan 17.

Pada tahun 656 H/1267 M seorang anak bernama Utsman lahir, ia adalah anak dari Urtughrul. Utsman inilah yang kemudian menjadi ikon kekuasaan Khilafah Utsmaniyah. Tahun kelahirannya bersamaan dengan serbuah pasukan Mongolia di bawah pimpinan Hulagu Khan yang menyerbu ibu kota Khilafah Abbasiyah, Baghdad. Penyerbuan ini merupakan tragedi paling mengenaskan dalam sejarah kaum muslimin, kondisi umat Islam saat itu tengah dilanda krisis akibat lumuran dosa dan maksiat yang mereka lakukan. Pada saat itu terjadi lautan darah yang sangat mengerikan, mereka membunuh, membakar dan memperkosa para wanita. Para kaum muslimin baik perempuan maupun laki-laki, baik orang tua atau remaja bahkan anak kecil semua dibunuh oleh pasukan Mongol dan Hulagu Khan, dan pemimpin Kekhalifah Abbasiyah yang kala itu dipimpin oleh Al-Mustashim Billah (seorang penguasa dzalim yang menimbun banyak harta) dibunuh oleh Hulagu Khan. Umat Islam saat itu mereka lemah, takut mati dan cinta pada dunia, oleh sebab itu mereka bisa dikuasai oleh bangsa Mongol, perlu diketahui sedikit bahwa bangsa Mongol yang duluk menghancurkan Islam dengan kejamnya maka para keturunan setelah Hulagu Khan menjadi garda terdepan dalam membela Islam. Ya, mereka adalah bangsa Mughal. Pada situasi yang mencekam dan sangat kritis serta dalam kondisi umat yang dilanda rasa takut mati dan cinta pada dunia, lahirlah sosok bernama Utsman sebagai peletak dasar Khilafah Utsmaniyah.

Kehidupan Utsman sang pendiri pemerintahan Utsmani diwarnai dengan jihad dan dakwah di jalan Allah. Para ulama selalu mengelilinginya dan memberikan nasihat, baik berkaitan dengan masalah ketatanegaraan, implementasi syari'ah, atau pengendalian kekuatan.

Masa puncak kejayaan kekhalifahan Turki Utsmani dimulai pada masa Khalifah Muhammad AL-Fatih atau Mehmed II (1444-1481 M). Kerajaan Utsmani mengalami kemajuan pesat hal itu tidak lepas dari peristiwa penaklukan Konstantinopel (Istanbul) oleh sultan Muhammad Al-Fatih, Konstantinopel merupakankota Pelabuhan yang mempertemukan para pedagang dari empat penjuru dunia.

Masa puncak kejayaan berlanjut pada masa khalifah Sultan Salim I (1512-1520), Sultan Salim I focus pada perluasan wilayah ke selatan Turki. Beliau juga berhasil menguasai Baghdad. Setelah Sultan Salim I wafat dan kekhalifahan diberikan kepada anaknya, yaitu Sultan Sulaiman I pada 1520. Kesultanan Turki Utsmani mampu menguasai Lembah Sungai Nil hingga ke Gibrlatar, kala itu hanya Maroko daerah yang tidak berhasil dikuasai.

Sultan Sulaiman I memulai pemerintahannya dengan melakukan kampanye melawan kekuatan Kristen di Eropa Tengah dan Mediterania. Pada 1521-1522 Sultan Sulaiman I secara berturut-turut memimpin gerakan melawan Hongaria, khususnya Belgrade dan Rhodes, kekuatan militer Hongaria pun dapat dipatahkan pada tahun 1526.

Setiap masa kejayaan Allah SWT pergilirkan kepada manusia, begitu pula Kekhalifahan Turki Utsmani yang sangat berjaya tapi Allah memberikan giliran untuk mereka runtuh, karena disetiap masa kebangkitan pasti ada masa keruntuhan. Dan pada abad ke-17 M Turki Utsmani mulai memasuki masa kemundurannya. Hal ini ditandai dengan kekalahan militernya dalam menghadapi dunia Kristen Barat. Banyak sebab-sebab yang menjadikan alasan Turki Utsmani mengalami keruntuhan. Sebab terkuatnya adalah dimana pemerintahan Turki Utsmani sudah jauh dari syariat Islam. Kelemahan yang terjadi di pemerintahan internal Utsmani membuat kekhalifahan goyang, dimulai dari lemahnya akidah para pemimpin, penyempitan makna ibadah hingga munculnya kemusyrikan dan kebid'ahan. Kelemahan yang terjadi ini dimanfaatkan baik oleh musuh-musuh Islam. Mereka merongrong Turki Utsmani dari dalam dengan menankam gerakan modernisasi politik di pusat pemerintahan, dengan menyebarkan ideologi Barat berupa nasionalisme, sekularisme dan liberalisme. Yang pada akhirnya kekhalifahan Turki Utsmani berubah menjadi Republik Turki pada 3 Maret 1924 M dan mengakat Mustafa Kemal sebagai Presiden pertama Republik Turki. Namun, seperti halnya kerajaan besar lainnya, kejayaan Utsmani tidaklah abadi. Sejak abad ke-18, imperium ini mulai mengalami kemunduran akibat berbagai faktor, termasuk tekanan dari kekuatan-kekuatan Eropa, korupsi internal, dan munculnya gerakan nasionalisme di berbagai wilayah kekuasaannya. Perang Dunia I menjadi pukulan telak bagi Utsmani. Kekalahan dalam perang ini mengakibatkan disintegrasi imperium dan pembagian wilayah-wilayahnya oleh negara-negara pemenang.

Lahirnya Organisasi Konferensi Islam (OKI)

Organisasi Konferensi Islam (OKI) adalah organisasi internasional yang anggotanya terdiri atas negara-negara Islam di seluruh dunia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 22 September tahun 1969 saat Konferensi Tingkat Tinggi KTT negara-negara Islam di Maroko atas prakarsa Raja Faisal dari Arab Saudi dan raja Hasan II dari Maroko. OKI beranggotakan 57 negara Islam dikawasan Asia dan Afrika.

Latar belakang didirikannya organisasi ini dipicu oleh peristiwa pembakaran masjid al-aqsa yang terletak di kota al-quds Jerusalem, Palestina pada tanggal 21 Agustus tahun 1969. Peristiwa pembakaran tersebut menimbulkan reaksi keras dunia terutama dari kalangan umat Islam, saat itu dirasakan adanya kebutuhan yang mendesak untuk mengorganisir dan menggalang kekuatan dunia Islam serta mematangkan sikap dalam rangka mengusahakan pembebasan al-quds. Tujuan Organisasi konferensi Islam didirikan berdasarkan pada keyakinan atas agama Islam dan penghormatan pada Piagam PBB dan hak asasi manusia pada Konferensi Tingkat Tinggi. OKI pada bulan februari 1972 telah diadopsi piagam organisasi yang berisi tujuan OKI yaitu meningkatkan solidaritas Islam serta mengkoordinasikan kerjasama politik ekonomi dan sosial budaya antara negara-negara anggota, mendukung upaya perdamaian dan keamanan internasional serta melindungi tempat-tempat suci Islam, dan membantu perjuangan pembentukan negara Palestina yang merdeka, berdaulat dan bekerjasama untuk menentang diskriminasi dan segala bentuk penjajahan, menciptakan suasana yang menguntungkan dan saling pengertian di antara negara anggota dan negara-negara lain.

Pada awalnya OKI lebih menekankan pada masalah politik terutama pada masalah Palestina. Akan tetapi dalam perkembangannya OKI juga menjadi sarana untuk melaksanakan kerja sama diberbagai bidang antar negara-negara Muslim. Pada tanggal 28 Juni 2011 Oganisasian Konferensi Islam berubah menjadi Organisasi Kerjasama Islam

OKI di Masa Kini

Sejak didirikan, OKI telah memainkan peran penting dalam berbagai isu internasional yang berkaitan dengan umat Islam. OKI sering kali menjadi suara kolektif umat Islam dalam menyuarakan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti konflik Palestina, Kashmir, dan isu-isu kemanusiaan lainnya.

Namun, OKI juga menghadapi berbagai tantangan. Perbedaan kepentingan dan pandangan di antara negara-negara anggota, serta kompleksitas isu-isu global yang dihadapi umat Islam, membuat OKI sering kali sulit untuk mengambil keputusan yang tegas dan efektif.

B. Sebab-Sebab Keruntuhan Kekhalifahan Turki Utsmani

a) Faktor Internal

1. Kelemahan Sistem Pemerintahan: Sistem pemerintahan yang kaku dan korupsi yang merajalela melemahkan efisiensi pemerintahan. Birokrasi yang rumit dan nepotisme menghambat kemajuan dan inovasi.

2. Stagnasi Ekonomi: Ketergantungan pada pertanian dan perdagangan tradisional membuat ekonomi Utsmani sulit bersaing dengan negara-negara Eropa yang sedang mengalami revolusi industri.

3. Kemerosotan Militer: Meskipun pernah memiliki militer yang kuat, Utsmani lambat dalam mengadopsi teknologi militer modern. Kualitas pasukan juga menurun akibat perekrutan yang tidak efektif.

4. Perpecahan Elite: Perselisihan di antara elite politik dan militer melemahkan kekuasaan pusat dan menghambat pengambilan keputusan yang efektif.

5. Kelemahan dalam bidang pendidikan: Pendidikan agama yang kurang memadai menyebabkan sebagian besar masyarakat tidak memahami ajaran Islam secara mendalam. Hal ini memudahkan munculnya paham-paham yang menyimpang.

6. Kurangnya semangat jihad fi sabilillah: Semangat jihad yang awalnya menjadi kekuatan utama Utsmani mulai luntur. Jihad lebih diartikan sebagai perang fisik semata, bukan jihad melawan hawa nafsu dan kezaliman.

7. Tasyabbuh: Umat Islam mulai meniru gaya hidup Barat dan meninggalkan nilai-nilai Islam yang murni.

8. Kemerosotan akhlak: Kemerosotan akhlak di kalangan penguasa dan rakyat umum semakin memperparah kondisi internal Utsmani.

9. Kelemahan dalam Kepemimpinan: Kurangnya ulama yang tegas: Ulama pada masa itu kurang berani menegakkan kebenaran dan melawan kezaliman.

10. Sultan yang tidak taat pada ajaran Islam: Beberapa sultan lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kekuasaan daripada menjalankan syariat Islam.

11. Perpecahan umat Islam: Perbedaan penafsiran dan munculnya paham-paham yang menyimpang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam.

b) Faktor Eksternal

1. Tekanan dari Negara-negara Eropa: Negara-negara Eropa seperti Austria, Rusia, dan Inggris semakin kuat dan mengancam eksistensi Utsmani. Mereka melakukan intervensi politik dan militer untuk melemahkan Utsmani.

2. Perang Dunia I: Keterlibatan dalam Perang Dunia I memberikan pukulan telak bagi Utsmani. Kekalahan dalam perang ini mengakibatkan hilangnya wilayah yang luas dan melemahkan ekonomi.

3. Perjanjian Versailles: Perjanjian Versailles yang sangat merugikan Utsmani setelah Perang Dunia I semakin mempercepat keruntuhannya.

C. Dampak Positif Dan Negatif Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani

a) Dampak Positif:
1. Munculnya Negara-Negara Nasional: Keruntuhan Utsmani membuka jalan bagi terbentuknya negara-negara nasional di wilayah yang sebelumnya berada di bawah kekuasaannya. Negara-negara ini memiliki identitas nasional yang lebih kuat dan dapat menentukan nasib sendiri.

2. Perkembangan Demokrasi: Di beberapa negara bekas jajahan Utsmani, proses dekolonisasi memicu perkembangan demokrasi dan sistem pemerintahan yang lebih modern.

3. Perkembangan Kebudayaan: Dengan adanya kemerdekaan, negara-negara baru dapat mengembangkan identitas budaya dan bahasa mereka sendiri.

4. Peluang untuk Reformasi Islam: Keruntuhan Utsmani memberikan peluang bagi umat Islam untuk mereformasi dan memodernisasi pemikiran keagamaan.\

b) Dampak Negatif:

1. Perpecahan Umat Islam: Keruntuhan kekhalifahan yang selama ini menyatukan umat Islam menyebabkan perpecahan dan munculnya berbagai aliran serta kelompok Islam yang berbeda-beda.

2. Konflik dan Pertumpahan Darah: Proses pembentukan negara-negara baru seringkali disertai dengan konflik dan pertumpahan darah akibat perebutan wilayah dan kekuasaan.

3. Intervensi Asing: Kekuatan-kekuatan besar dunia memanfaatkan situasi ini untuk melakukan intervensi dan memperkuat pengaruh mereka di wilayah tersebut.

4. Kemunduran Ekonomi: Banyak negara bekas jajahan Utsmani mengalami kesulitan ekonomi akibat kurangnya infrastruktur dan sumber daya manusia yang terampil.

5. Radikalisme: Kevakuman kepemimpinan setelah runtuhnya kekhalifahan menciptakan ruang bagi tumbuhnya kelompok-kelompok radikal yang memanfaatkan agama untuk tujuan politik.

D. Analisis Dampak Kejatuhan Turki Utsmani Terhadap Peran Dan Posisi Islam Politik Indonesia

D1. Hubungan Antara Kejatuhan Turki Utsmani Dengan Peran Dan Posisi Politik Islam Indonesia

Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani pada awal abad ke-20 memberikan hubungan yang signifikan terhadap dinamika Politik Islam di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Sela berabad-abad Kekhalifahan Turki Utsmani dianggap sebagai simbol persatuan umat Islam dan menjadi rujukan bagi gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia. Hubungan antara kejatuhan Turki Utsmani dengan transformasi peran dan posisi Islam politik Indonesia, yaitu:

1. Hilangnya Simbol Persatuan Umat

Runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani menyebabkan krisis identitas di kalangan umat Islam, termasuk Indonesia. Mereka kehilangan simbol persatuan yang selama ini menjadi rujukan dan pemersatu. Hal ini memicu munculnya berbagai gerakan lislam dengan ideologi dan orientasi yang berbeda-beda, baik yang bersifat tradisional maupun modern.

2. Pergeseran Pandangan Orientasi
Setelah kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani, umat Islam di Indonesia mengalami pergeseran dalam pandangan terhadap otoritas keagamaan dan politik.Hal ini dapat mempengaruhi posisi politik Islam di Indonesia serta cara pandang terhadap hubungan antara agama dan negara.

3. Reinterpretasi Ajaran Dan Praktik Keagamaan

Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani umat Islam di Indonesia mulai menginterpretasi ajaran dan praktik keagamaan dalam konteks kehilangan otoritas sentral. Ini dapat memengaruhi cara umat Islam di Indonesia melihat peran agama dalam politik dan masyarakat.

4. Pengaruh Ideologi Lain

Keruntuhan Kekhalifahan Turki Utsmani sebagai rujukan tunggal, gerakan Islam di Indonesia menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh ideologi lain baik dari Barat maupun Timur. Banyak gerakan Islam yang berusaha untuk melakukan modernasi Islam dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.

Secara keseluruhan, kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani telah memicu transformasi yang signifikan dalam peran dan posisi Islam politik di Indonesia. Gerakan Islam di Indonesia tidak lagi terpaku pada orientasi transnasional, melainkan lebih fokus pada permasalahan domestik dan berusaha untuk bberadaptasi dengan konteks sosial, budaya dan politik yang ada di Indonesia.

D2. Bagaimana Pengaruh Antara Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani Dengan Peran Dan Posisi Islam Politik Indonesia
Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani memiliki pengaruh terhadap transformasi peran dan posisi Islam politik Indonesia, yaitu:

1. Perubahan Paradigma Pembangunan Negara-Bangsa Indonesia

Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani mempengaruhi paradigma pembangunan negara-bangsa Indonesia. Hal ini tercermin dalam beberapa pemikiran tokoh-tokoh Indonesia.

2. Reposisi Peran Dan Posisi Umat Islam

Kejatuhan Turi Utsmani juga mempengaruhi reposisi peran dan posisi umat Islam, termasuk di Indonesia. Proses transformasi ini dapat dilihat dari perubahan tujuan dan arah gerakan sosial, politik dan ekonomi Islam di Indonesia setelah kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani.

3. Perkembangan Politik Islam Dan Ideologi

Seiring dengan kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani, Islam politik di Indonesia mengalami transformasi dalam ideologi, prospek dan konsep negara. Pengaruh ini tercermin dalam upaya beberapa muslim untuk menghidupkan kembali nilai-nilai syariah dalam negara.

4. Relevansi Islam Dengan Zaman

Kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani membutuhkan penyegaran agar Islam tetap relevan dengan zaman. Indonesia sebagai bangsa yang 'bangkit' setelah kejatuhan Turki Utsmani, mengalami perubahan dalam penerimaan Islam politik dan upaya untuk menjaga relevansi dengan perkembangan zaman.

Dengan demikian, kejatuhan Kekhalifahan Turki Utsmani memiliki pengaruh yang cukup luas terhadap transformasi peran dan posisi Islam politik di Indonesia. Mempengaruhi pikiran, arah gerakan serta konsep negara yang diadopsi oleh umat Islam di lindonesia.

D3. Faktor-Faktor Yang Dapat Menghambat Peran Dan Posisi Islam Politik Di Indonesia Peran dan posisi Islam politik di Indonesia seringkali menjadi sorotan dan diskusi yang menarik. Meskipun memiliki basis masa yang besar, gerakan Islam politik di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks. Salah satu tantangan utama, yaitu:

1. Pluralisme Agama

Pluralisme agama yang menjadi ciri khas Indonesia, dengan beragamnya agama dan kepercayaan yang ada, mencapai konsensus politik yang berbasis agama tunggal menjadi sangat sulit. Hal ini dikarenakan setiap agama memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda-beda.

2. Sekularisme Negara

Sekularisme negara juga menjadi faktor penghambat yang signifikan, konsep negara yang memisahkan agama dan negara membatasi ruang gerak bagi agama untuk secara langsung mempengaruhi kebijakan publik. Meskipun demikian, nilai-nilai agama tetap memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, pengaruh tersebut lebih bersifat informal dan tidak terinstitusionalisasi dalam sistem politik formal.

3. Radikalisme

Radikalisme menjadi masalah serius yang kerap dikaitkan dengan Islam, tindakan ekstrem yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal seringkali mencederai citra Islam secara keseluruhan. Akibatnya, masyarakat menjadi lebih skeptis terhadap gerakan Islam yang moderat dan inklusif. Padahal tidak semua kelompok Islam menganut paham radikal.

4. Politik Praktis

Politik praktis juga menjadi faktor yang kompleks, dalam konteks politik praktis, isu-isu keagamaan seringkali dipolitisasi untuk kepentingan kelompok tertentu. Hal ini dapat mengaburkan tujuan-tujuan ideal politik Islam dan justru memperuncing konflik antar kelompok.

5. Modernisasi

Modernisasi juga menjadi tantangan yang tidak dapat dihindari. Perubahan gaya hidup, nilai-nilai modern, dan globalisasi dapat menantang tradisi dan pandangan keagamaan yang lebih konservatif. Generasi muda yang tumbuh dalam lingkungan yang semakin terbuka cenderung memiliki pandangan yang lebih pluralis dan toleran.

6. Legitimasi
Legitimasi menjadi kunci keberhasilan gerakan politik Islam. Politik Islam perlu terus berupaya membangun legitimasi di mata masyarakat luas, terutama generasi muda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan bahwa Islam memiliki relevansi dengan permasalahan-permasalahan kontemporer dan dapat menjadi solusi bagi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa.

Faktor tambahan yang perlu diperhatikan adalah persepsi negatif terhadap Islam politik sebagai ancaman terhadap keberagaman dan toleransi. Persepsi negatif ini seringkali terbentuk akibat tindakan-tindakan ekstrem yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal. Selain itu, kualitas kader juga menjadi faktor penting. Kurangnya kaderisasi yang memadai dapat menghambat regenerasi kepemimpinan dalam gerakan Islam politik. Terakhir, modal politik seperti finansial dan jaringan juga sangat berpengaruh terhadap efektivitas gerakan Islam politik.

D4. Analisis Peran Dan Posisi Islam Politik Di Indonesia Dengan Teori Dan Pendekatan Politik Strukturalisme

Peran adalah seperangkat perilaku, sikap, dan tanggung jawab yang diharapkan dari seseorang yang menempati posisi atau status sosial tertentu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Sederhananya, peran adalah "apa yang seharusnya kita lakukan" dalam berbagai situasi sosial.

Peran berfungsi sebagai:

1. Pedoman perilaku: Peran memberi tahu kita bagaimana seharusnya bertindak dalam situasi tertentu.

2. Penentu identitas: Peran membantu kita memahami siapa kita dan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain.

3. Pembantu interaksi sosial: Peran memfasilitasi interaksi yang baik dengan orang lain.

4. Struktur dalam masyarakat: Peran membantu menciptakan keteraturan dan organisasi dalam masyarakat.Pendekatan Strukturalisme dalam Memahami Islam Politik di Indonesia. Pendekatan strukturalisme menawarkan kerangka yang menarik untuk menganalisis peran Islam politik di Indonesia. Dengan fokus pada struktur sosial, politik, dan ekonomi yang lebih luas, pendekatan ini memungkinkan kita untuk memahami bagaimana posisi Islam politik. dibentuk dan dibatasi oleh sistem yang ada.

a) Struktur Sosial dan Budaya

1. Norma dan Nilai: Islam di Indonesia telah terintegrasi dalam kehidupan masyarakat selama berabad-abad. Norma dan nilai-nilai Islam yang kuat membentuk identitas kolektif dan menjadi dasar bagi gerakan politik Islam.

2. Lembaga Sosial: Pesantren, organisasi masyarakat Islam, dan jaringan ulama membentuk struktur sosial yang kuat bagi Islam politik. Lembaga-lembaga ini berfungsi sebagai basis mobilisasi masa dan penyebaran ideologi.

3. Kesenjangan Sosial: Kesenjangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi di Indonesia sering kali dimanfaatkan oleh kelompok Islam politik untuk menarik dukungan. Mereka menawarkan solusi alternatif dan menjanjikan perbaikan kesejahteraan.

b) Struktur Politik

1. Sistem Partai: Sistem multipartai di Indonesia memberikan ruang bagi partai-partai berbasis Islam untuk bersaing dalam pemilihan umum. Namun, regulasi politik dan persaingan dengan partai-partai sekuler membatasi ruang gerak mereka.

2. Hubungan Negara-Agama: Hubungan antara negara dan agama di Indonesia bersifat kompleks. Meskipun Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim, negara tetap menganut prinsip negara kesatuan dan Pancasila. Hal ini menciptakan dinamika yang menarik antara tuntutan kelompok Islam politik dengan kebijakan negara.

3. Birokrasi: Birokrasi pemerintah sering kali menjadi arena perebutan pengaruh antara kelompok Islam politik dan kelompok sekuler. Akses terhadap birokrasi dapat memberikan keuntungan strategis bagi kelompok Islam politik.

c) Struktur Ekonomi

1. Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi yang tidak merata dan tingkat pengangguran yang tinggi dapat mendorong masyarakat mencari alternatif, termasuk gerakan Islam politik yang menawarkan solusi ekonomi yang berbeda.

2. Modal Sosial: Jaringan sosial dan ekonomi yang kuat di kalangan pengusaha Muslim dapat memberikan dukungan finansial bagi gerakan Islam politik.

d) Implikasi Strukturalisme

1. Islam Politik sebagai Produk Struktur: Posisi Islam politik di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari struktur sosial, politik, dan ekonomi yang ada. Perubahan dalam struktur ini akan berdampak pada dinamika Islam politik.

2. Batasan dan Peluang: Struktur sosial, politik, dan ekonomi memberikan batasan bagi gerakan Islam politik, tetapi juga membuka peluang untuk mobilisasi masa dan pengaruh politik.

3. Interaksi Kompleks: Islam politik tidak hanya bereaksi terhadap struktur yang ada, tetapi juga secara aktif berusaha untuk mengubah struktur tersebut.

D5. Trend Kebangkitan Islam Politik Di Indonesia

Kebangkitan Islam politik di Indonesia merupakan fenomena yang menarik. Sejak reformasi, peran Islam dalam politik semakin signifikan, ditandai dengan meningkatnya jumlah partai politik berbasis Islam, gerakan-gerakan sosial keagamaan, dan pengaruhnya dalam kebijakan publik.

Beberapa faktor utama yang mendorong kebangkitan Islam politik di Indonesia antara lain:

1. Demokratisasi: Reformasi membuka ruang yang lebih luas bagi partisipasi politik, termasuk bagi kelompok-kelompok Islam.

2. Identitas Keagamaan: Islam sebagai agama mayoritas menjadi sumber identitas yang kuat bagi banyak masyarakat Indonesia.

3. Kesenjangan Sosial: Kesenjangan sosial dan ekonomi yang masih tinggi menjadi lahan subur bagi gerakan-gerakan yang menjanjikan perubahan, termasuk Islam politik.

4. Globalisasi: Globalisasi mempercepat arus informasi dan ideologi, termasuk ideologi Islam politik.

5. Kekecewaan terhadap Elite Politik: Kekecewaan masyarakat terhadap elite politik yang dianggap korup dan tidak mampu menyelesaikan masalah menjadi salah satu faktor pendorong.

Kebangkitan Islam politik di Indonesia memanifestasikan diri dalam berbagai bentuk, yaitu:

1. Partai Politik: Munculnya sejumlah partai politik berbasis Islam yang secara aktif berpartisipasi dalam pemilihan umum.

2. Gerakan Sosial: Berbagai gerakan sosial keagamaan yang menyuarakan isu-isu keagamaan dan sosial.

3. Pengaruh dalam Kebijakan Publik: Meningkatnya pengaruh kelompok-kelompok Islam dalam pembuatan kebijakan publik, terutama yang berkaitan dengan agama dan moralitas.

4. Media Massa: Munculnya media massa yang berorientasi Islam dan menyebarkan ideologi Islam politik.

Contoh Nyata Kebangkitan Islam Politik di Indonesia, yaitu:

a) Munculnya Partai Politik Berbasis Islam:

1. PKS (Partai Keadilan Sejahtera): Partai ini secara terbuka mengusung nilai-nilai Islam dalam program dan kebijakannya. PKS telah berhasil meraih suara signifikan dalam beberapa pemilu dan memiliki perwakilan di berbagai tingkatan pemerintahan.

2. PPP (Partai Persatuan Pembangunan): Sebagai partai Islam tertua di Indonesia, PPP telah mengalami pasang surut. Namun, partai ini tetap memiliki pengaruh signifikan di kalangan umat Islam, terutama di daerah-daerah tertentu.

b) Gerakan-Gerakan Sosial Keagamaan:

1. 212: Gerakan 212 merupakan salah satu contoh nyata dari kebangkitan gerakan sosial keagamaan yang bermuatan politik. Gerakan ini menunjukkan kekuatan mobilisasi massa yang berbasis pada identitas keagamaan.

2. Aksi Bela Islam: Serangkaian aksi bela Islam yang terjadi beberapa tahun terakhir menunjukkan meningkatnya kesadaran politik umat Islam dan keinginan mereka untuk ikut serta dalam proses politik.

c) Pengaruh dalam Kebijakan Publik:

Penerapan Syariat Islam: Beberapa daerah di Indonesia menerapkan peraturan daerah yang berbasis syariat Islam, seperti di Aceh. Hal ini menunjukkan pengaruh Islam politik dalam pembentukan kebijakan pubik.

d) Media Massa Islam:

Media Online dan Cetak: Munculnya media online dan cetak yang berorientasi Islam, seperti Republika, Suara Islam, dan lainnya.

E. Saran Dan Rekomendasi

Penting bagi para umat muslim untuk mempelajari sejarah Islam, karena hal ini dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang politik Islam, akar budaya, nilai-nilai, dan ajaran agama Islam. Berikut adalah beberapa saran tentang pentingnya mempelajari sejarah bagi umat Islam:

1. Menyadari identitas dan akar pudaya serta politik Islam, memahami sejarah Islam membantu para Muslimin untuk menyadari identitas mereka sebagai umat Islam, serta menghargai akar budaya dan nilai-nilai yang membentuk ajaran agama Islam.

2. Mengambil hikmah dari peristiwa lampa dari sejarah, kita dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan umat terdahulu. Para Muslimin dapat mengambil hikmah dari peristiwa masa lalu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menguatkan iman dan ketaqwaan, memahami sejarah Islam dapat memperkuat iman dan ketaqwaan seseorang, karena akan terbuka wawasan tentang ketabahan, keimanan, dan ketakwaan para sahabat dan tokoh-tokoh Islam terdahulu.

4. Mengatasi tantangan modern, Dengan memahami sejarah Islam, umat Islam dapat menghadapi tantangan modern dengan landasan yang kuat dari ajaran Islam yang telah terbukti relevan dan berdaya tahan.

5. Memperkuat persatuan umat, sejarah Islam juga mengajarkan nilai-nilai persatuan, solidaritas, dan tolong-menolong. Dengan mempelajari sejarah, umat Islam dapat memperkuat persatuan dalam menghadapi berbagai tantangan bersama.

6. Menjaga warisan budaya dan intelektual, memahami sejarah Islam juga berarti menjaga warisan budaya dan intelektual umat Islam, serta mendorong pengembangan pengetahuan dan keilmuan dalam rangka memajukan umat dan peradaban Islam.

REFERENSI

Ash-Shalabi, D. A. (2003). BANGKIT DAN RUNTUHNYA KHILAFAH UTSMANIYAH. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar.

Camelia Nova, d. (2022). Pada Masa Turki Utsmani. Diambil kembali dari UNISMA:

file:///C:/Users/annaf/Downloads/MAKALAH_SKI_PARALEL%20(1).pdf

Ningsih, W. L. (2023, Agustus Kamis). KAPAN TURKI UTSMANI MENCAPAI PUNCAK KEJAYAAN? Diambil kembali dari KOMPAS.com:

https://www.kompas.com/stori/read/2023/08/29/235000379/kapan-turki-usmani-m

encapai-puncak-kejayaan-?page=all#:~:text=Masa%20kejayaan%20Kesultanan%20Uts mani%20dimulai, sisa%20kekuasaan%20Kekaisaran%20Romawi%20Timur

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author